Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Uskup Atambua, Ajak Umat Jadi Pemilih Yang Cerdas

Mgr. Domi saat rekoleksi bersama umat Dekenat Mena.

ATAMBUA, FLOBAMORA-SPOT – Sebagai upaya peningkatan kecerdasan pendidikan politik umat menyongsong pemilihan umum (Pemilu) 2024, uskup keuskupan Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr ajak umat dekenat Mena untuk menjadi Pemilih yang cerdas dan berdaya dalam terang Roh Kudus yang terjadi dalam rekoleksi kategorial di Aula dekenat Mena, keuskupan Atambua Selasa (12/12/2023).

 

Mgr. Domi Saku mengungkapkan, rumus politik untuk gereja Indonesia adalah menjadi 100% Indonesia dan 100% katolik. Artinya bahwa antara tugas gereja dan negara harus sejalan tanpa mengesampingkan yang lain. Jangan karena tugas gereja kita tinggalkan atau abaikan tugas negara begitu pun sebaliknya.

 

“Maka dalam proses pemilu 2024 yang akan berlangsung, pertama-tama umat Allah keuskupan Atambua harus terlibat aktif sebagai seorang pemilih. Dan yang kedua dalam keterlibatannya harus mencermati pemimpin yang memiliki loyalitas untuk kepentingan bangsa dan negara. Artinya bahwa bangsa yang utuh dan berkelanjutan harus memperhatikan dan menjunjung tinggi 4 pilar bangsa”, tandas uskup Domi.

 

Mgr. Domi minta umat pilih orang yang ada dalam sinodalitas. Artinya orang yang kita kenal dan bekerja untuk daerah. Punya dedikasi dan loyalitas yang total untuk daerah dan masyarakat. Jangan sampai kita terjebak memilih calon pemimpin musiman karena praktek money politic. Dan ini sungguh marak terjadi dalam dinamika politik kita di Indonesia.

 

“Agar kita cerdas dalam memilih maka harus berdaya dalam terang roh kudus. Harus berpolitik dalam roh kudus. Artinya selalu memohon petunjuk dan terang roh kudus. Jika demikian maka pemimpin yang dihasilkan akan selalu berdaya guna bagi masyarakat, gereja dan negara”, jelas Mgr. Domi Saku.

 

Pada akhir dialog, uskup menegaskan kepada umat dekenat Mena untuk selalu menghindari politik uang.

 

“Karena politik uang adalah tandanya orang belum berdaulat dan menjadi perusak demokrasi”, pungkasnya.
(BA/Sintus).

  • Bagikan