Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Video Polisi Aniaya Sejumlah Warga di Labuan Bajo Beredar Luas

LABUAN BAJO, FLOBAMORA-SPOT.COM -Sebuah video milik seorang pemuda, bernama Edo Manse, warga Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mengaku usai dianiya aparat Kepolisian Resort Manggarai Barat (Polres Mabar) beredar luas di berbagai media social dan grup WhatsApp.

Dalam video itu terlihat jelas, pada pelipis kanan pemuda itu luka parah dan kucuran darah segar mengalir ke wajahnya. Terlihat pula sejumlah rekan-rekannya yang lain juga mengalami nasib yang sama, mengalami luka di kepala bagian belakang, memar di pelipis, bola mata atau bagian wajah.

Belum diketahui persis kejadiannya, namun pemuda itu mengaku luka parah tersebut usai dianiaya oleh sejumlah aparat kepolisian dari Mapolres Mabar, Sabtu, 11 April 2020, sekira pukul 23.00 Wita (Malam).

Dalam video itu, Edo Manse menceritakan bahwa segerombolan Polisi datang dan mengintimidasi mereka dikerenakan social distancing yaitu melarang orang berkumpul disuatu tempat.

Tiba-tiba salah seorang oknum polisi langsung mengeluarkan kata kasar dengan mengumpat “La’e” (maki dalam bahasa Manggarai) yang menurut Edo ungkapan itu tidak wajar dalam tradisi orang Manggarai.

Karena tak terima dengan umpatan itu, dirinya menjawab, dengan mengatakan, “polisi itu mempunyai etika. Kalau mau menyuruh orang untuk pulang harus dengan prosedur yang baik”.

Diceritakan pula, sesaat sebelumnya, Edo bersama rekan-rekannya telah menyampaikan ke Polisi jika mereka tak bisa pulang ke rumahnya masing-masing karena ditolak oleh keluarga. Namun rupanya, aparat tak menggubrisnya. Mereka tetap dipaksa pulang.

“Kami sudah ceritakan dengan mereka (Polisi) bahwa kami ditolak di keluarga, sehingga terpaksa kami berkumpul di Pendopo ini. Tetapi Polisi itu tetap menyuruh adik-adik pulang, lalu mereka menjawab, kami pulangnya kemana?,” cerita Edo Manse.

Setelah itu, terjadilah perdebatan panjang hingga konflik yang menyebabkan sejumlah pemuda itu luka parah.

Tak hanya itu, lanjutnya, dengan kondisi luka parah, Polisi kemudian membawa mereka ke Mapolres Mabar untuk di intimidasi lebih lanjut dan dianiaya.

“Setelah itu kami dibawah ke Polres. Disana dipukulin juga,” tutur Edo.

Pemerintah dan aparat dituding tak punya langkah solutif dan inkonsisten

Di kantor Polisi, Edo bersama rekan-rekannya terus mendesak Polisi meminta kepastian, apakah jadi dikarantina atau tidak, sebab sebelumnya Polisi sempat berjanji jika mereka akan di karantina. Dari Polres, Polisi kemudian membawa Edo bersama rekan-rekannya ke Posko Covid-19 di kantor Bupati Mabar, namun disanapun tak berlangsung lama dan akhirnya mereka dikembalikan ke tempat semula yaitu di Pendopo tempat terjadinya konflik.

“Dari Polres, Kami diantar ke Kantor Bupati ke Posko Covid-19. Yang lucunya, Pemerintah bersama Polres Mabar, kami dikembalikan ke tempat semula dimana konflik ini terjadi untuk dikarantina sementara, yaitu di Pendopo ditempat semula kami semula berkumpul dan konflik,” tutur Edo.

Sumber:NTTONLINENOW.COM
Pewarta:Alvaro S. Marthin
Labuan Bajo.

  • Bagikan