Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

SALUT !! Kopdit Solidaritas Kupang, Bermitra Dengan Pihak Ketiga, Beli Jagung Petani

Panen Simbolis Kebun jagung anggota KSP Kopdit Solidaritas Sta Maria Assumpta Cabang Oesao yg tergabung dalam program kemitraan dengan Perusahan Swasta.  Lokasi Desa Oefeto, lahan milik BPK. Yakub Haumeni. 

OELAMASI, FLOBAMORA-SPOT – Salut bagi KSP Kopdit Solidaritas St. Maria Assumpta.

 

Terobosan yang dilakukan KSP itu patut diapresiasi, karena menghadirkan pengusaha untuk membeli kembali hasil panen masyarakat.

 

“Jadi kita bukan sekedar dari simpan pinjam. Tapi kita coba kemas dia dalam satu pola kerja yang bagus. Sebenarnya ada dua hal yang coba dilakukan.
Yang pertama kita coba spin of pengembangan usaha dan simpan pinjam. Kita membentuk satu unit usaha baru yang mengelola sektor riil. Usaha itu pun harus berkorelasi dengan anggota karena tujuan spin of ini adalah mem beck up usaha anggota.
Sekurang – kurangnya kita menjadi pasar dan beberapa kegiatan yang tidak dapat diperoleh oleh anggota sendiri.
Contohnya pendampingan dll. Jadi itu konsep kita melakukan spin of yaitu untuk membentuk unit usaha baru yaitu kita anggap seperti anak perusahaan solidaritas. Entah itu sebagai koperasi ataupun CV. Tapi itu kita butuh waktu persiapan. Tujuannya sama bagaimana mengatasi persoalan anggota dan yang utama adalah meningkatkan pendapatan anggota. Tapi karena pola ini membutuhkan waktu lama, maka kita pakai pola kedua. Pola kedua ini kita bermitra dengan pihak ketiga dan sekarang Solidaritas membangun mitra dengan CV Asia Agro Makmur, untuk membeli hasil panen”, jelas Manajer Kopdit Solidaritas Cabang Oesao Blasius Lima, S. Fil kepada media ini Senin (29/4/24).

Ia menjelaskan, Kopdit Solidaritas menyiapkan dana untuk mendukung usaha yang sedang dibangun.

 

“Jadi dalam hubungan kemitraan ini Solidaritas menyiapkan paket simpan pinjam. Lalu dari Asia Agro Makmur menyiapkan fasilitas pertanian”, kata dia.

 

“Jadi kita memberikan pinjaman kepada anggota untuk membeli fasilitas. Itu usaha produksi di CV. Asia Agro Makmur kemarin. Contohnya kita pinjamkan 11 juta untuk satu petani. 11 juta itu kita harapkan mereka mengelola 1 hektar tidak boleh kurang. Mereka kelola satu hektar dengan estimasi perusahaan karena ada pupuk obat – obatan, bibit unggul di tambah bonus pendampingan gratis.
Jadi kita mengharapkan hasil 6 – 7 ton untuk 1 orang 1 hektar lahan”, terang dia.

 

Menurut dia, lewat cara ini petani dibantu untuk keluar dari persoalannya.

 

“Anggota sudah sangat beruntung karena mereka tinggal rawat dan tidak perlu cari pasar karena koperasi sudah menyediakan pasar lewat perusahaan itu”, jelas Mantan Frater ini.

 

“Jadi ketika selesai panen perusahaan sudah standby (untuk membeli)”, tambah dia.

 

Lebih jauh Blas menjelaskan, selain dengan perusahaan pihaknya juga sudah membangun kemitraan dengan BumDes Oefeto.

“Kebetulan mereka punya mesin pengering dengan kapasitas yang sangat besar. Mesin pengering desa Oefeto itu yang sekarang dilimpahkan kepada Bumdes. Kapasitasnya besar sekali. Dan kita mau maksimalkan itu. Dan dampaknya untuk Bumdes mesin ini bisa berfungsi. Jadi Bumdes memiliki penghasilan dan desa memiliki PAD. Itu semua kita jelaskan ke kepala desa dan kepala desanya tertarik. Yang paling penting adalah kerja samanya. Jadi bagaimana kita meningkatkan pendapatan anggota. Karena kami sadar petani itu miskin karena mereka tidak punya uang. Karena mereka itu mengelola lahan hanya untuk makan. Pangan mereka. Jadi biar kita terlibat dan ternyata kelola 1 hektar itu mudah saja caranya. Sederhana saja yang penting ikut SOP dari perusahaan”, ucap dia.

 

Ia mengatakan, saat ini pihaknya masih fokus pada pengelolaan komoditi jagung.

 

“Kami mencoba membangun relasi untuk melihat potensi lahan kering atau lahan basah supaya petani bisa manfaatkan untuk tanam jagung. Sekarang kita fokuskan untuk budidaya jagung karena pasar kita sementara hanya untuk jagung. Kita belum omong yang lain. Mungkin dalam perjalanan ke cabe, ke yang lain lain. Tapi kita berusaha untuk menyelesaikan masalah petani karena masalah utama petani itu adalah kemana dia harus menjual”, kata dia.

“Percuma kita kasih harga bibit murah, harga pupuk murah, produksi tinggi disimpan, kemudian fufuk. Lombok juga begitu dalam perjalanan harga turun mereka kecewa. Jadi yang sementara rajinpun akan malas”, terang dia.

 

Lantas sejauh pengamatan anda bagaimana keterlibatan pemerintah dalam penyediaan pasar bagi petani pak Manajer ?

 

“Sebenarnya bisa kenapa koperasi bisa lalu pemerintah tidak. Kalo kita mau kritik ini bukan tugas koperasi. Ini tugas pemerintah menyediakan pasar dll. Yang kita tidak lakukan adalah intervensi program dari pemerintah. Dia harus sampai ke level intervensi tapi itu sulit di lakukan. Mesti ada intervensi program sehingga kalo koperasi masuk jangan bilang itu urusan kalian”, terang dia.

 

“Pemerintah masih melihat koperasi sebuah lembaga yang berjalan sendiri. Bukan mitra yang bersama-sama melihat masyarakatnya mereka dan anggota koperasi itu sejahtera. Kalo kita semua sasar ke ini, dia bagian mana koperasi bagian mana. Saya optimis sebenarnya masyarakat itu jauh lebih sejahtera dengan koperasi. Yang penting itu ada intervensi. Entah dari pemerintah desakah atau kabupatenkah. Jadi itu kesan kita sampai kita cari jalan seperti itu”, tandasnya.

 

Saat ini ada 18 ha lahan yang dikelola masyarakat di beberapa desa.

“Desa Pakubaun 10 Ha, Desa Rebeka 5 Ha, dan desa Oefeto 3 Ha. Ada yang 100 persen berhasil karena ikut SOP.
Kita berharap di periode kedua berubah. Hasilnya harus lebih besar. Petani biasanya lihat dulu temannya. Kalo bisa beli moto kes, temannya pasti terpacu”, pungkas dia.

  • Bagikan