Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Politik, Antara Cinta dan Dusta Para Politisi

Sri Sudarti Caleg nomor 5 Partai Demokrat Dapil NTT 8 TTS. Foto Istimewa

SO’E, FLOBAMORA-SPOT – Politik itu dinamis dan setiap episode perjalanan politik selalu ditandai dengan gejolak atau dinamika yang membuat setiap kebijakan selalu berubah sesuai keinginan para politisi atau bandit berduit.

 

Plato mengatakan, politik itu muaranya adalah nafsu kekuasaan. Maka tujuan dari berpolitik adalah kekuasaan.

 

Semua partai politik yang ada saat ini memiliki tujuan yang sama yakni ingin berkuasa dan mempertahankan kekuasaan yang ada.

 

Kekuasaan yang diinginkan oleh partai politik didukung oleh sumberdaya manusia yakni para politisi yang sudah bergabung dalam ruang lingkup partai politik yang sedang dan saat ini mencalonkan diri menjadi Caleg yang cikal bakal akan mendapatkan jatah menjadi Aleg jika bernasib mujur.

 

Keberadaan politisi sangat menentukan keberhasilan dan pertahanan kekuasaan partai politik tersebut.

 

Dominasi politisi hari ini memberikan pendidikan sosial budaya dan politik bagi masyarakat akan pentingnya interaksi sosial dalam masyarakat untuk membangun relasi demi tercapainya sebuah tujuan.

 

Interaksi secara intensif antara politisi dan konstituen dalam membangun hubungan inilah yang akan muncul antara cinta dan juga dusta antara politisi dan konstituen mulai terjadi.

 

Bisa dikatakan, jika politisi tidak banyak bermulut manis maka harapan dan tujuan tidak akan pernah tercapai. Maka kedustaan yang lebih mendominasi dari cinta yang dibangun.

 

Pertanyaannya adalah apakah cinta yang dirajut oleh politisi akan bertahan lama atau hanya sekejap mata? Atau cinta yang berbalut dusta yang terucap dari lisan kala kampanye ? Jika demikian maka antara cinta dan dusta politisi tidak ada bedanya.

 

Partai politik memberikan sumbangan bukan karena cinta tapi karena ada maunya, cinta dibangun bukan karena ada maunya tapi Karana ada rasa yang harus dijaga dan dirawat agar tumbuh menjelma menjadi ada yang membumbung dari kelopak bunga bermekaran menjadi sekuntum bunga yang meyebarkan harum seantero. Itulah Cinta.

 

Banyak kedustaan yang ditorehkan dan konstituen adalah korban kedustaan dari politisi yang berhati busuk.

 

Kadang tim sukses pun jadi korban kedustaan politisi yang penting mendapatkan jabatan. Dusta tidak pernah bertahan lama dan berakhirnya juga akan tragis. Sekali berdusta selamanya akan tetap berdusta. Dusta politisi sangat rentan dengan kebusukan berselimutkan harum mewangi.

 

Maka cinta dan dusta politisi sangat tipis dan sulit untuk dibedakan. Karena saat bersama konstituen yang dijanjikan seolah mencintai tapi saat berbalik yang utama kepentingannya tercapai walaupun tim sukses maupun konstituen jadi korban kedustaan dari cinta politisi.

 

Solusinya adalah singkirkan semua kepentingan pribadi atau golongan dan sematkan kepentingan umum demi kemajuan bangsa. Jangan pernah berjanji hal yang tidak mungkin dikerjakan karena setiap kebijakan politik kadang bukan menghadirkan senyum tapi kepiluan yang tidak pernah berakhir.

 

Untuk semua politisi *Jangan pernah menjanjikan hal yang tidak mungkin dikerjakan karena setiap kebijakan politik kadang bukan menghadirkan senyum tapi kepiluan yang tidak pernah berakhir. (OB).

  • Bagikan