Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Sudah 318 Kematian Babi di Januari, Melki Angsar: “Belum Disebut Wabah”

Kontributor : Sintus Editor: Redaksi
Melki Angsar, Kabid Kesehatan Hewan dinas Peternakan provinsi NTT saat beri penjelasan kepada Media Selasa (7/2/23).

KUPANG, FLOBAMORA-SPOT.COM – Pemerintah Australia menyerahkan alat Loop Isothermal Amplification Diagnostic Tool, atau alat pendeteksi Virus African Swine Fever (ASF) kepada Pemerintah provinsi NTT. Penyerahan alat tersebut berlangsung di Ruang Rapat Gubernur , Kantor Gubernur NTT Selasa (7/2/2023).

 

Kabid Kesehatan Hewan dinas Peternakan provinsi NTT Drh Melki Angsar kepada Media ini usai kegiatan menjelaskan,
tahun 2022 Januari – Desember hanya 418 kasus. Tahun 2023 baru Januari saja 318 kasus. Cukup tinggi.

 

“Tapi saya belum katakan Wabah. Tidak. Karena wabah itu mati sampai puluhan ribu ekor”, ucap dia.

 

Mengenai peralatan deteksi virus ASF yang diterima dari Pihak Australia ia menjelaskan, alat ini memudahkan pemerintah dalam mempercepat pemeriksaan sampel darah hewan yang dicurigai mengidap virus ASF.

 

“Hasil Pemeriksaan bisa diketahui lebih cepat.
Hitung jam saja bisa. Dari pada dari flores kirim ke Kupang. Atau dari Kupang kirim ke Bali. Satu kali isa periksa sampel sampai 90 bisa”, kata Melki.

 

Ia menyebut, dari 9 kabupaten yang terpapar ASF kabupaten Kupang tertinggi kematian babi akibat ASF.

 

“Dari awal kabupaten Kupang paling tinggi. Tapi sekarang kan kita sudah kirim disinfektan. Dulu 2021 itu 22 kabupaten Kota kena semua”, ujarnya.

 

Ia menjelaskan, disinfektan yang sudah disalurkan ke masyarakat sebanyak 39. 200 liter.

“Dikasih gratis. Kita sudah bagi ke kabupaten Kupang 5. 000 liter. Kabupaten – kabupaten di Sumba dan Flores belum ada yang ambil”, terang dia.

 

Lebih jauh ia menerangkan, saat ini bio securuty menjadi pilihan penting karena belum ada obat dan vaksin.

 

“Yang kita jaga itu kebersihan kandang tanpa harus vaksin atau pengobatan untuk cegah itu penyakit. Tahun 2021 itu kasusnya meningkat lalu tahun 2022 menurun sekali. Artinya tanpa vaksin dan obatpun penyakit ASF kita bisa kendalikan hanya dengan bio security itu. Mencegah lalulintas hewan lalu jaga kebersihan kandang itu kasusnya menurun”, jelasnya.

 

“Di awal Januari (2023) memang ada pergerakan hewan yang cukup besar karena ada program Pemerintah. Ditambah lagi kebutuhan Natal tahun baru yang tinggi sehingga hewan diantarpulaukan. Lalu sebagian dipindahkan dari 1 kabupaten ke kabupaten lain karena kebutuhan natal tahun baru akhirnya muncul lagi. Masalahnya kita sudah lengah karena mungkin sudah 3 tahun kasus sudah tidak ada.

 

Ia menyebut, Peralatan yang diterima akan ditempatkan di UPTD Dinas Peternakan provinsi NTT Sumba Timur dan Maumere.

 

Tentang penjualan daging babi di pinggir jalan ia mengatakan, pihaknya akan menggelar rapat dengan Pemerintah kota untuk mengambil langkah tegas.

 

“Kita memang tidak bisa melarang orang untuk berusaha, tetapi kita harus memastikan bahwa hewan yang mereka jual adalah ternak yang sehat bukan hewan penyakit”, tegasnya.

 

Kami anjurkan potong babi di Rumah Potong Hewan (RPH). Kalo di Rumah Potong Hewan ada bukti karcis ŕetribusi. Dan itu tentu diperiksa oleh dokter hewan”, tambah dia.

 

Ia minta masyarakat yang mau membeli daging babi terlebih dahulu meminta bukti karcis retribusi kepada Penjual.

 

“Jadi masyarakat mau beli daging minta bukti karcis retribusi itu. Kalo tidak mereka potong di rumah kita tidak tau apakah hewan sakit baru dipotong. Mereka jual murah-murah 3 (kg) 100 ribu. Kalo jual daging terlalu murah kita bertanya-tanya. Dari 90 ribu turun 50.000 atau 3 kg 100.000.

 

Mengenai pengiriman babi dari NTT keluar daerah ia mengatakan, sampai saat ini kita tidak mengirim babi ke luar NTT.

 

“Tapi kalo lalulintas antar kabupaten iya. Kami sudah minta teman-teman kabupaten untuk tidak mengeluarkan ijin pemasukan ternak babi. Contohnya dari SBD dan Sumba Barat sudah mengeluarkan surat untuk tidak menerima babi dari luar Sumba. Itu salah satu antisipasi. Kita stop dulu lalulintas antar pulau karena penyakit akan mengikuti. Satu dua bulan ini sudah mulai menurun kabupaten Kota akan buka kembali wilayah”, tegasnya.

 

Mengenai Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) ia menjelaskan, pemerintah sudah melarang babi Sapi masuk ke NTT.

 

“Dengan instruksi Gubernur no. 01 tahun 2021 maupun instruksi Gubernur nomor 03 tahun 2023 tentang PMK, kita larang babi sapi masuk ke NTT. Dengan ada instrukai itu karantinapun berjaga-jaga di perbatasan. Saya kemarin cek Karantina bakar 500 kg daging Celeng, baru dikirim dari Sulawesi. Itu menunjukkan bahwa Karantinapun sudah berjaga-jaga di perbatasan. Siap siaga untuk tidak boleh masuk produk daging babi sapi. Ataupun hewan hidup masuk ke NTT”, pungkasnya.

  • Bagikan