Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Mahasiswa Geruduk Gedung Politani Kupang. Ada Apa ?

Kontributor : ellena christine Editor: sintus
Yuven Bria (depan) memimpin Mahasiswa Politani Kupang, berdemo di Kampus Politani Rabu (6/10/21)

KUPANG, FLOBAMORA-SPOT.COM – Organisasi Mahasiswa (Ormawa) di bawah koordinasi Yuven Bria menggeruduk Gedung Politani Kupang. Yuven datang bersama puluhan Demonstrans yang merupakan anggota Ormawa, yang terdiri dari badan Exekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) Politani Kupang.

Kedatangan 24 Demonstran   yang terdiri dari mahasiswa semester 1,3,5,7 dan 11 itu membuat kalang kabut pihak rektorat.

Yufen Bria kepada media mengatakan pihaknya menuntut, rektorat mempertimbangkan kembali kenaikan  Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi Mahasiswa baru tahun 2021.

Direktur Politani Kupang Ir. Thomas Lapenangga, M.Si usai bertemu Media di sela-sela Demonstrasi di Kampus Politani Rabu (6/10/21)

“Saat ini di tengah pandemi pun kami tetap melaksanakan pembayaran registrasi seperti biasa”kata Yufen kepada media.

 

Ia menilai kenaikan UKT bagi Mahasiswa baru tidak berpihak pada pendapatan atau penghasilan orangtua dari yang bersangkutan.

 

Menurutnya penetapan UKT dilakukan tidak objektif. Tidak sesuai dengan penghasilan orangtua dari mahasiswa tersebut.

“Ada mahasiswa yang orangtuanya petani dapat regis 2 juta dan yang orangtuanya PNS mendapatkan registrasi 1,5 juta ke bawah”, katanya menerangkan.

 

Ia menilai ada tindakan diskriminatif dalam penetapan UKT.

 

“Awalnya cuman 500 ribu. Tertinggi 1,5 juta akan tetapi di tahun 2020 dan 2021 naik menjadi 2 juta sampai 2,5 juta”, kata dia.

 

Ia menuturkan pada saat ini proses pembelajaran Masih dilakukan secara daring yang berarti fasilitas kampus tidak dimanfaatkan sama sekali. Tetapi tidak ada keringanan UKT dari kampus.

 

“Tahun lalu di tengah pandemi kami minta untuk tidak membayar regis, tetapi tetap berlangsung. yang diberikan keringanan hanya 300-400 mahasiswa. Ada begitu banyak mahasiswa dalam kampus. Kalau mau harus merata karena di tengah pandemi ini orangtua kami kesulitan memasarkan hasil kebun”,jelasnya lagi.

 

Terkait bantuan dari kampus terhadap kuliah online Yuven mengatakan ada kuota dari kemendikbud tetapi tidak semua mendapatkannya. “Ada juga pembagian sembako namun tidak merata”, ujarnya.

 

Direktur Politani Kupang Ir.Thomas Lapenangga,M.si mengatakan sejak minggu lalu sudah diusulkan ORMAWA bahwa mereka mau berdemo. Ia mengajak berdiskusi namun ditolak.

“Dari minggu lalu sudah diusulkan anak-anak mau demo. Tapi saya bilang sudah kalau begitu kamu buat tim yang terdiri dari BEM, BLM dan HMJ agar kita berdiskusi. Mereka tidak mau”, katanya.

“Kemarin saya ajak berdialog tapi mereka mati matian mau demo jadi saya bilang oh silahkan saja berdemo” tambahnya.

 

Masih menurutnya, dalam aksi demo mahasiswa menolak kuliah online, padahal saat ini belum bisa dilaksanakan kuliah tatap muka.

“Yang saya sayangkan adalah mereka menolak kuliah online lalu kita harus kuliah seperti apa? anak SD saja masih sekolah online. Tapi kenapa mereka ini menolak?” keluhnya.

Terkait masalah kamar mandi Thomas mengatakan saat ini kamar mandi sudah ada, baik di jurusan maupun di gedung rektorat. “Di lantai atas ada kamar mandi di bawah juga ada kemudian di setiap fakultas dan jurusan juga ada kamar mandi/wc”, imbuhnya.

 

Terkait kekurangan alat dan bahan praktek Thomas mengatakan, hal itu sudah disiapkan oleh kampus. Bukan oleh Mahasiwa.

 

Ia akan menindaklanjuti untuk mengetahui siapa yang meminta alat dan bahan yang disediakan oleh mahasiswa.

 

Mengenai kekurangan air ia mengatakan, “saat ini memang kita kekurangan air bahkan orang-orang NTT pasti tau, kita kekurangan air”.

Ia mengharapkan mahasiswa dapat mengupayakan agar bisa melakukan hydroponic. Bagaimana mahasiswa dapat memanfaatkan air yang sedikit ini agar tanaman tetap tumbuh dengan subur.

 

Pada akhir penjelasannya ia minta mahasiswa dapat berdemontrasi dengan baik, tanpa anarkis, karena banyak fasilitas negara yang ada di kampus. (Ellena).

  • Bagikan