Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Permudah Konektivitas Antar Daerah Warga Bello Minta Pengerasan Jalan

Ketua RW 03 Kelurahan Bello Goris Takene. Diabadikan Selasa (29/9)

KUPANG, FLOBAMORA-SPOT.COM –  “Kami mengharapkan pengerasan jalan karena ini satu-satunya jalan untuk pergi pulang kebun sehingga bisa dilewati kendaraan roda dua maupun roda empat”, demikian diungkapkan Yusuf Tuan Ketua RT 07/RW 03 Kelurahan Bello Kecamatan Maulafa Kota Kupang saat ditemui di Bello Selasa, (29/9/20).

Hendrik Bilaut, Tolong perhatikan jalan kami pak Wali. Diabadikan Selasa (29/9)

Hal yang sama pula dikatakan Hendrik Bilaut. Menurut dia,  selain jalan yang sering dimanfaatkan warga untuk berkebun juga sebagai jalur jalan alternatif menghubungkan Kelurahan Bello dan Desa Oelomin Kabupaten Kupang. sebagai jalur perbatasan antar kedua wilayah sehingga perlu ada perhatian pemerintah.

“Jalan ini penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan menjadi jalan pengerasan karena selain akan mempermudan dan memperlancar aktifitas kami warga pergi pulang kebun, juga sebagai jalur alternatif yang hubungkan wilayah Bello dan Oelomin Kabupaten Kupang”, terang Bilaut.

 

menurut Yusuf Tuan dan Hendrik Bilaut selama ini, jalan tersebut hanya bisa dilalui sepeda motor itupun harus hati-hati karena masih banyak batu besar yang menutupi badan jalan.

 

“Karena badan jalan dari RT 7/RW 3 Bello Kota Kupang menuju kampung Atonifui Desa Oelomin Kabupaten Kupang masih dipenuhi bebatuan sehingga kami minta agar jalan itu segera diperbaiki dengan penambalan tanah uruk atau pengerasan,” Pinta Yusuf Tuan selaku Ketua RT 07.

Yusuf Tuan, Ketua RT 07 Belo.

Sementara itu, Goris Takene, SE selaku Ketua RW 03 Kelurahan Bello Kecamatan Maulafa Kota Kupang, mengatakan jalan Usaepkolen sepanjang lebih kurang 1 kilometer itu merupakan satu- satunya lintasan ke kebun yang sering digunakan warga kedua wilayah. Sebelumnya menurut Takene, pada tahun 2016 silam di masa kepemimpinan Lurah Bello Ben Klau tanah yang dilewati jalan telah dibebaskan secara suka rela oleh tiga komunitas keluarga yakni keluarga Takene, Tuan dan Keluarga Bilaut.

 

“Pada 2016 silam jalan itu pernah dikerjakan secara swadaya oleh masyarakat, namun sampai sekarang belum ada peningkatan”, tandas Goris. (G)

  • Bagikan