Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Cerita Miris Mariam Naehelly di Pantai Manikin

Gadis Naehelly sedang memotong kelapa muda untuk diberikan kepada pengunjung pantai manikin Selasa sore (16/6/20) ditemai 3 orang saudaranya.

KUPANG, FLOBAMORA-SPOT.COM – Siang itu saya tiba-tiba ingin berkunjung ke Pantai Manikin. Saya lalu mengajak Putra semata wayangku Deodatus Grivin untuk bersamaku. Obyek wisata itu sepi, sejak kami memasuki area wisata itu. Kami terus bergerak menuju ke Timur.

Di sana saya bertemu dengan 5 orang anak yang kecil sekitar 1 tahun dan yang paling besar sekitar 12 tahun (baru tamat SMP dan mau masuk SMA). Lima bersaudara itu sedang menunggui jualan 5 buah kelapa muda. Hanay itu. tidak ada jualan lain.

Mariam Naehelly sedang menyapu sampah dedaunan kering di pantai Manikin tempat ia berjualan setiap hari Selasa (16/6/20)

Di bagian lain Mariam Naehelly ibu mereka sedang menyapu dedaunan pohon duri (kom dalam bahasa setempat) yang mengotori pesisir pantai itu.

“Beta harus sapu supaya bersih bapa. Di sini tempat masyarakat berkunjung jadi harus bersih”, ujar Mariam.

Dari dialegnya saya menangkap pesan, Mariam bukan orang NTT.

“Ibu bukan orang sini ya ? Tanyaku dan langsung dijawab “saya orang Jawa bapa. Sejak 2008 datang ke sini (Lasiana) dan langsung berjualan di pantai Manikin”, kisahnya.

“Suami orang apa bu ? Orang Kefa bapa, tapi sudah meninggal Desember 2019 lalu karena ginjal, jadi saya harus berjuang menghidupi keluarga saya”, ucapnya.

Gadis Naehelly bersama 4 orang saudaranya menanti dengan harap kedatangan Pengunjung pantai Manikin. mereka malu-malu saat diambil gambar Selasa (16/6/20)

Setiap hari Warga RT 22 RW 25 Kelurahan Lasiana itu dan kelima anaknya berjualan di Pantai Manikin, karena kebetulan tempat tinggalnya berada persis di area kawasan Wisata Manikin.

“Setiap hari syukur-syukur bisa laku 10 buah, kadang tidak habis. Kalo hari Minggu bisa habis 22 buah kalo nasib lagi beruntung, karena di sini banyak juga yang jual kelapa muda bapa”, cerita Mariam.

Mariam mengatakan, ia mendapatkan kelapa muda dari warga sekitar dengan harga Rp. 3.500. “Tapi saya bayar orang panjat sendiri. Satu pohon Rp.5. 000, kalo dapat 2 rangkai atau belasan buah saya untung kalo hanya 5 buah saya rugi bapa. Belum lagi saya bayar ojek 50 buah Rp. 25.000. Jadi di sini saya jual satu buah Rp. 7.000. uang ini saya pakai untuk biaya hidup kami. Anak-anak ke sekolah pagi saya kasih naik ojek pulang jalan kaki. Uang jajan seadanya”, ucap dia.

Ia mengaku sempat bingung dari mana mendapatkan uang selama Pantai wisata Manikin ditutup untuk umum. “Saya hanya bersandar pada lokasi Wisata ini bapa. Mau kerja lain tidak bisa, karena saya juga harus menjaga anak saya yang paling kecil. Sebenarnya obyek wisata tidak perlu ditutup tapi itu aturan pemerintah jadi kita bisa apa. Syukur sudah dibuka kembali”, ucapnya lirih.

Cerita Mariam dan anak-anaknya bersama saya belum selesai tetapi wanita 36 tahun itu tiba-tiba pergi meninggalkan kami, ke pemukiman sekitar untuk mencari kelapa muda. Saya lalu coba mengorek informasi tentang program  Bantuan Sosial Tunai (BST) dan BLT yang selama ini digelontorkan pemerintah, dari Putri pertamanya.

“Kami dapat BLT dari Pemerintah”, ujar Gadis Naehelly.

Sampai di sini saya hanya bisa berdoa, “Tuhan Semoga Badai ini segera berlalu”.

  • Bagikan