Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Namlia, Berupaya Lestarikan Kebudayaan Melalui Seni

Adriana R.D.W.Ngailu, Manager Namlia, Erwin Yuan CEO Padu Padan dan seluruh Seniman Kota yang tergabung dalam Pameran Seni Yang digelar Namlia Kamis (28/9/23).

KUPANG, FLOBAMORA-SPOT – Kebudayaan terus berkembang mengikuti perubahan sosial yang melingkupi seluruh aktivitas manusia.

 

Kebudayaan ini disebut kebudayaan kontemporer, mencakup tren mode, gaya hidup, kebiasaan konsumsi, media massa, teknologi, serta norma dan nilai yang mendefinisikan masyarakat itu sendiri.

Salah satu bentuk penyampaian kebudayaan agar tetap lestari ialah melalui seni.

 

Seni adalah media yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan kebudayaan, sarana interaktif dan efektif. Seperti budaya kontemporer, ada juga seni kontemporer yang merujuk pada bentuk seni yang diproduksi dan dikembangkan dalam konteks zaman sekarang.

 

Ini mencakup berbagai macam bentuk ekspresi artistik, seperti lukisan, patung, instalasi, fotografi, seni performa, seni video, seni suara, seni interaktif, seni digital, dan lainnya.

Hal inilah yang kemudian mendorong komunitas seniman Kota Kupang menggelar Pameran Namlia di De Museum Kafe JKK di kelurahan LLBK Kupang Kamis, (28/9).

 

Adriana R.D.W.Ngailu, Manager Namlia kepada media ini menjelaskan bahwa kata Namlia berasal dari bahasa Helong yang berarti “Tumbuh Subur”.

“Namlia merupakan sebuah perayaan budaya dan seni kontemporer yang di dalamnya itu ada edukasi, ada pasar karya seni dan pameran. Namlia juga berarti menumbuhkan ekosistem seni yang ada di Kota Kupang”, jelas Adriana.

Ia merinci, Pameran Namlia berawal mula ketika beberapa seniman dari latar belakang yang berbeda di kota Kupang, seperti seniman independen, seniman komunitas, seniman lainnya yang selama ini sudah punya kegiatan, tapi kegiatan dilakukan berdiri sendiri, tidak gabung dengan seniman lain dan di bidang mereka masing-masing.

“Makanya kita pengen suatu waktu dilakukan secara bersama-sama dalam sebuah event untuk merayakan semua yang ada di Kota Kupang, maka muncullah Pameran Namlia ini”, tambah dia.

 

Wanita muda ini juga mnyampaikan, di Kupang selama ini, penjualan karya seni masih terjadi di ranah privat.

“Artinya mau jual karya ya jual karya saja, mau beri harga pada karya silahkan saja. Ini yang mumgkin masih sungkan dan canggung dilakukan oleh para seniman kita di Kupang.Karena salah satu hal yang mau didorong adalah edukasi dan pasar karya seni”, terangnya lagi.

Namlia sendiri merupakan sebuah event yang perayaan puncaknya di Pameran Namlia.

 

“Sebelumnya sudah dilakukan Pameran 0.0 di Juli 2023, studio dan galeri fisik. Kemudian kita berkunjung ke masing-masing studio dan galeri seniman dan kita belajar tentang proses produksi mereka. Seperti Mas Erwin Yuan Padu Padan Tenun, Om Yos seniman Patung, Ka Oby kita belajar tentang lukisan dan sablon”, ungkap Adriana.

 

Pameran Namlia juga bertujuan bagaiman para seniman yang ada didalam Namlia mendorong para seniman untuk berani berekspresi, apalagi untuk mengangkat kelahiran baru saat ini tentang bagaimana sebenarnya berkarya melebihi apa yang sudah mereka lakukan.

 

Selain itu bertujuan untuk menjaga ekosistem seni untuk terus bertumbuh.

Erwin Yuan CEO Padu Padan.

Erwin yuan selaku CEO Padu Padan Tenun ketika diwawancarai oleh media ini disela-sela kesibukan pada pementasan fashion show oleh para model menuturkan dalam fashion show kali ini ia mengangkat dari bahan sisa limbah tenun.

 

Konsep ini pernah ia bawakan ketika bulan desember 2022 dan kemudian ia tampilkan kembali karena menurutnya konsep ini juga memiliki pesan tersendiri bagi para penikmat seni khususnya kaum muda.

 

“Konsep ini bisa masuk dalam konsep Namlia atau kelahiran baru ini dikarenakan kami menggunakan sisa-sisa tenunan yang sebenarnya masih bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai dan lebih fashionable”, ujarnya.

Untuk padu padan sendiri Erwin menuturkan tidak membuang sisa-sisa tenunan yang ada karena baginya tenunan itu sudah memiliki nilainya sendiri tergantung bagaimana cara kita mengolahnya sehingga sekecil apapun tenunan akan sangat berharga jika kita mampu membuatnya menjadi seni baru yang bernilai di mata orang-orang.

Ia menambahkan, untuk mempersiapkan konsep dan tenunan ini tidak membutuhkan waktu yang lama dikarenakan tenunan ini sudah ada dan kemudian dipackaging dengan lebih unik.

 

“Untuk persiapan tenunan ini sendiri kami tidak membutuhkan waktu lama karena stoknya sudah ada tetapi kami packaging lebih unik lagi dan malam ini sebanyak 10 jenis busana yang kami tampilkan” tambahnya.

 

CEO muda ini juga menambahkan kedepan ia bersama tim jika diberikan kesempatan mereka menyiapkan wadah NTT Creative HAP dimana konsepnya yakni mempersatukan semua seniman menjadi suatu wadah dimana mereka akan dikumpulkan dalam satu wadah atau tempat. Hal ini akan berlangsung tahun depan jika memiliki kesempatan dan juga wadah ini jika berkenan akan diresmikan oleh presiden. Itu masih dalam tahap rencana dan pembangunannya masih berproses.

“ke depan kami akan membuat suatu wadah NTT creative hap dimana akan menggabungkan semua seniman dari berbagai jenis seni yang dihasilkan”, tandasnya.

Erwin mengatakan ketika dilibatkan dalam kegiatan ini ia terkesan karena ini merupakan hal baru dari segi fashion. Ia diberikan kesempatan oleh namlia untuk berkarya juga sehingga ia ingin menunjukkan bahwa dirinya sudah menghasilkan karya tetapi dari karya itu ia ingin menghasilkan lebih lagi dari pada itu yakni memanfaatkan limbah tenun salah satunya dengan melahirkan sebuah karya yang luar biasa dan layak pakai.

 

Pada akhir wawancara Erwin menyatakan sangat bangga apabila hasil-hasil lukisan yang ada ini dituangkan dalam bentuk sebuah tenunan sehingga akan menjadi suatu karya yang luar biasa untuk NTT. (Kristin).

  • Bagikan