Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Petani Kecewa, Progres Pekerjaan Bendungan Oesao Belum Apa-Apa

Kontributor : Sintus Editor: Redaksi
Bagian tengah kali Oesao ini akan dibendung untuk mengalirkan air ke persawahan Oesao sementara sisi kanan kali kemungkinan akan dilakukan pemasangan bronjong sambil menunggu pembangunan Bendungan secara permanen. Diabadikan Rabu (15/3).

OELAMASI, FLOBAMORA-SPOT – Petani Oesao menunggu dan terus menunggu kapan bendungan Oesao selesai.

 

Harapannya bendungan pemasok air untuk kebutuhan Petani Oesao itu cepat selesai namun hingga hari ini belum ada perkembangan berarti.

 

“Kami sudah tunggu 1 bulan. Pengakuan Pemerintah secepatnya air masuk ke areal persawahan tapi terlalu lambat. Bilang darurat tapi sampai sekarang belum apa-apa. Apalagi permanen”, kata Jedi Mudak, Petani Oesao kepada Media di lokasi Bendungan Oesao Rabu (15/3).

 

Menurut masyarakat desa Pukdale itu, dampak dari keterlambatan ini Petani Oesao akan mengalami Gagal tanam dan gagal panen.

 

“92 persen Petani sudah tanam dan sebagian sawah sudah mengalami kekeringan. Jika tidak segera dialiri air maka tanaman padi akan rusak”, tambah Pemilik dan Penggarap sawah itu.

 

Ia menegaskan, jika bendungan tersebut benar-benar tidak bisa menyuplai air ke areal persawahan dalam satu dua minggu ini bisa dipastikan masyarakat tidak bisa panen.

 

“Bendungan tidak rusak harga beras Rp. 9000. Sekarang sudah Rp.15.000. Setiap tahun areal persawahan Oesao menyumbang beras cukup tinggi bagi masyarakat Oesao sendiri bahkan Kota Kupang”, ujar Jedi.

 

Ditanya apa saja upaya Petani Oesao untuk mendapatkan perhatian Pemerintah Jedi mengatakan, pihaknya sudah menemui Pemerintah dan DPRD kabupaten Kupang, namun belum ada titik terang.

 

“Kami sudah datang di ibu Deasy (Ballo) dan bupati (Kupang) namun sampai saat ini masih begini”, ujarnya kecewa.

 

“Selain itu kami juga sudah bertemu pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) untuk datang lihat bendungan ini. Tadi siang kami dengan ibu Deasy Ballo ke sana jadi mereka datang sore ini”, ujar Mudak.

 

Petani lainnya Deni Seubelan menambahkan,
6 Februari 2023 bencana terjadi sampai saat ini bendungan itu belum bisa diatasi walau hanya darurat.

 

“Kami dirugikan. Air tidak mengalir ke persawahan”, kata Seubelan.

 

“Kami akan susah karena gagal tanam dan gagal panen. Kami hanya minta solusi penahan air darurat. Tapi Pemerintah belum mampu menolong kami”, ia kecewa.

Tanah sawah Oesao mulai terbelah. Jika dalam satu dua minggu ini tidak hujan dan air bendungan Oesao belum mampu mengairi maka padi akan mati. Diabadikan Rabu (15/3).

Deni mengaku, kondisi ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan padi.

 

“Pengaruh sekali. pertumbuhan padi lambat karena tidak ada air. Kami minta dinas pertanian, BWS mengambil sikap untuk mengairi sawah kami”, harap dia.

 

“Kami hanya butuh air. Pemerintah bisa bantu ? Kami butuh air untuk sawah kami”, ungkap mantan Kepala Desa Pukdale itu.

 

Lebih jauh Jedi dan Deni mengatakan, Petani sudah siap di lokasi bendungan untuk membantu pengerjaan proyek tersebut.

 

“Kami siap bantu tapi Sejak Sabtu 11 Maret sampai hari ini Rabu 15 Maret 2023 tidak ada aktivitas. Kami tanya Operator bilang tidak ada Bahan Bakar”, ujar keduanya.

 

Pantauan Media, di lokasi proyek sudah tersedia Bronjong dan material batu kali sekitar 20 ret.

 

“Harus 80 ret baru penutupan satu sisi kali dilakukan. Jadi mau bendung air harus 1x. Lalu kita Palang kali dengan bronjong untuk alirkan air ke sawah”, jelas Jedy Mudak.

 

Ia menjelaskan, untuk memudahkan jalan air, kedalamam saluran primer harus ditambah, karena saat ini lebih tinggi dari permukaam kali. Air akan sulit masuk ke saluran utama menuju areal Sawah”, kata dia.

 

“Kami berharap BWS dapat melihat persoalan ini”, pungkasnya.

  • Bagikan