Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Alfred:”Bicara Raja Sobe Sonbai Jangan Berdasarkan Mitologi”

seminar misteri penemuan makam Sobe Sonbai III yang digelar di UPTD Taman Budaya provinsi NTT, selasa (10/11).

 

KUPANG, FLOBAMORA-SPOT.COM  – “Memahami sejarah raja Sobe Sonbai tidak cukup hanya berdasarkan mitologi khususnya mimpi tetapi harus didukung dengan kajian ilmiah”. demikian ungkapan ketua forum sejarah dan budaya Timor (F-SBT) Alfred Baun dalam sambutannya pada kegiatan seminar misteri penemuan makam Sobe Sonbai III yang digelar di UPTD Taman Budaya provinsi NTT, selasa (10/11).

“Kalau kita sebut raja Sobe Sonbai kita jangan hanya bicara berdasarkan mitologi khususnya mimpi tapi harus dilihat dan dipahami berdasarkan kajian ilmiah”, tegas Alfred.

Lebih lanjut ketua F-SBT itu mengapresiasi panitia dan para narasumber yang bersedia hadir dalam acara tersebut untuk membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang sejarah dan budaya Timor lebih khusus pemahaman tentang sosok raja Sobe Sonbai III. “Jadi terima kasih kepada panitia dan semua narasumber yang sudah bersedia hadir dan membantu kami dalam memahami sejarah dan budaya Timor khususnya pemahaman tentang raja Sobe Sonbai III secara ilmiah” ungkap Alfred.

Selanjutnya saat ditemui wartawan media ini, Alfred mengungkapkan, kegiatan ini diinisiasi oleh FSBT sebagai tanggapan untuk mengeliminir peristiwa pertemuan tanggal 22 Agustus lalu dimana ada sekelompok orang yang mengungkapkan bahwa telah ditemukan makam Sobe Sonbai III, dan menjadi polemik di masyarakat karena dasar penemuan itu adalah mimpi dan secara ilmiah tidak bisa dibuktikan.

Ketua FSBT itu juga mengungkapkan bahwa FSBT khawatir dengan wacana penemuan makam ini karena bisa menimbulkan pembelokkan sejarah.” Jadi kita khawatir dengan wacana penemuan makam Sobe Sonbai III berdasarkan mimpi ini karena bisa menimbulkan pembelokkan sejarah” tandasnya.

Alfred menyatakan bahwa FSBT membantah wacana penemuan makam Sobe Sonbai III sebagai sesuatu yang tidak benar dan perlu dibuktikan secara ilmiah. Dia juga berharap kegiatan ini bisa menghasilkan rekomendasi yang menunjukkan letak makam Sobe Sonbai III yang sebenarnya.

“Kita berharap apabila dari kegiatan ini dihasilkan kesimpulan bahwa penemuan makam itu tidak benar, maka akan dilakukan penggalian fisik untuk diteliti apakah benar itu makam Sonbai atau tidak, agar letak makam raja Sobe Sonbai III yang sebenarnya bisa ditemukan” ujar Alfred. 

Seperti yang disaksikan media ini, kegiatan yang berlangsung selama dua hari mulai tanggal 10-11 November 2020 ini menghadirkan perwakilan masyarakat adat yang ada di pulau Timor dan sejumlah narasumber mulai dari pemerhati sejarah, antropolog, akademisi serta keluarga Sonbai dan perwakilan raja-raja di Timor.

Sementara itu pemerhati sejarah dan budaya helong Erik Lisnahan S.Pd, M.Pd yang mengulas tentang sejarah pulau Timor dan suku pertama di kota Kupang berdasarkan perspektif budaya helong menegaskan, kata Timor tidak merujuk pada suku tertentu tetapi Timor itu merupakan nama pulau yang di dalamnya terdiri dari suku-suku salah satunya suku helong.

“Jadi kata Timor itu bukan suku tetapi nama pulau yang didiami oleh suku-suku salah satunya suku helong.

Secara etimologi kata Timor berasal dari Bahasa helong yaitu “Tia” yang berarti tiba dan “Moran” yang berarti berdoa. Jadi Timor berarti tiba dan berdoa” tegas Erik.

Ia juga menjelaskan bahwa raja helong mengenal Sobe Sonbai III karena pernah meminta bantuan Sonbai untuk melerai pertikaian orang helong dan orang dawan khususnya di Amarasi tapi terkait makam Sobe Sonbai III tidak diketahui pasti keberadaannya.

” Raja helong mengenal Sonbai karena saudaranya ada di sini, karena raja helong pernah meminta bantuan Sonbai untuk melerai pertikaian antara orang helong dan amarasi” ujar Erik.

Ia juga mengungkapkan walau bukan satu-satunya, mitologi merupakan salah satu aspek yang tidak bisa dihindari dalam pemahaman sejarah dan budaya karena mengandung simbol dan cerita yang bisa digunakan untuk memahami sejarah dan budaya.

Lebih lanjut Erik dalam pemaparan materinya mengajak masyarakat agar meninggalkan segala kepentingan terutama kepentingan politik ketika bicara tentang sejarah dan budaya. “Saya harap kalau kita bicara tentang sejarah dan budaya maka tolong tinggalkan semua kepentingan khususnya politik, karena bicara sejarah itu kejam. Jadi hari ini saya bicara sejarah dan budaya Timor berdasarkan perspektif orang helong dan saya tidak punya kepentingan politik” ujarnya. (Tim)

  • Bagikan