Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Valentine; Masa Lalu dan Era Milenial

OLEH : SANI S. M. ASA.
Jurnalis NTT

Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyingung persaan atau pun ejekan terhadap mereka yang tidak mempunyai pasangan (pacar). Tetapi tulisan ini merupakan catatan lepas penulisan dan refleksi singkat penulis dari tahun 1995 -2020 tahun ini.

Hari valentine atau valentine Day merupakan hari yang tidak lagi asing bagi kaum muda milenial sekarang ini. Karena hari ini dijadikan oleh kaum milenial sebagai hari kasih sayang. Sebelum kita beranjak jauh berbicara soal valentine saya hanya ingin kita mencoba flass back soal valentine day yang belakangan ini dirayakan tiap tahun tepat pada tanggal 14 februari. Pada zaman romawi pada masa kekuasaan raja-raja sudah ditetapkan tanggal 14 februari sebagai tanggal kasih sayang, namun kala itu hanya bagi orang romawi dan sekitarnya agar adanya kedamaian dalam keluarga dan semua rakyat roma pada kala itu. Kemudian hal itu tidak lagi menjadi budaya romawi ketiga adanya perbedaan pendapat pemimipin roma dan masyarakat sekitarnya sehingga pada saat itu hari valentine tidak dilaksanakan.

Tahun 1890 di indonesia mulai muncul valentine day ketiga beberapa pejabat indonesia ke roma mengikuti seminar kedamaian. Dan mulai di jalankan di indonesia dan sempat mandek. Pada tahun 1995 muncul kembali valentine day, atas kesepakatan pemuda indonesia kala itu dan dijalankan sampai dengan detik ini. Itulah sedikit cerita yang penulis peroleh dalam buku Paus Fransiskus yang dibaca pada tahun 2013 yang silam, mungkin parah pembaca berpikir penulis lupa karena sudah kurang lebih tujuh tahun tetapi penulis masih mengingat dengan jelas walaupun saat itu penulis membaca sambilalu di biara SVD Nenuk Atambua.

Penafsiran penulis soal valentine day.

Penulis melihat valentine day itu adalah hari kasih sayang dalam arti harafia tetapi secara batinia dan pengamatan penulis bahwa valentine day adalah hari kasih sayang hanya untuk pacar. Mengapa saya beberkan ini karena saya merasakan ada keganjalan dan kegagalan yang dijalankan oleh kaum muda milenial saat ini yaitu hari valentine hari untuk tukar menukar kado sesama pacar dalam artian lawan jenis tanpa hubungan darah. Hari valentine yang dijalankan pada masa romawi samapai tahun 1995 itu adalah hari kasih sayang untuk keluarga dan sahabat kerabat, teman bukan tukar kado dengan pacar.

Pada era ini secara explisit orang muda telah salah menjalankan hari valentine karena tidak dilaksanakan dengan keluarga tetapi sibuk mencari kado untuk pacar, bungkus kado dalam hal semiris yang dilakukan itulah erah globalisasi.

Sebenarnya banyak hal yang penulis ingin beberkan tetapi ini hanya sedikit catatan lepas dan cerita soal valentine day saja, jadi harapan penulis mari kita refeksikan diri di masa ini dan valentine day.

Valentine Day dijadikan hari sibuk bungkus kado untuk pacar yang jauh harus mencari JNE untuk kirim yang dekat bertemu untuk tukar kado setelah itu melepas kangen mungkin? Itulah penafsiran yang membuat kaum milenial salah arah, hari kasih sayang dijadikan hari tukar barang, apakah hari itu menjadi sejarah tukar barang ataukah hari untuk berbagi kasih terhadap sesama? Berbagi kasih bukan berbagi barang tetapi kaum muda jadikan hari valentine sebagai hari bertukar barang.

Ketika penulis telusuri soal kesepakatan hari valentine pada tahun 1995 tidak termuat soal tukar barang atau tukar kado tetapi hanya menuliskan berbagi kasih antar sesama. Kasih yang dimaksudkan adalah untuk kembali merajut kebersamaan yang dilihat pudar kalah itu. Itulah sekilas soal valentine.

Selamat merayakan valentine day dimanapun kita berada.

  • Bagikan