Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Temui Korban TPPO, Risma:”Jangan Pergi Tinggalkan Suami”

Mentri Sosial RI Tri Rismaharini saat bersama para korban TPPO Rabu (12/7/23).

OELAMASI, FLOBAMORA-SPOT – Mentri Sosial Republik Indonesia (Mensos RI) Tri Rismaharini jauh-jauh terbang dari Jakarta hanya untuk menemui korban Tindak Pidana Perdagangan Orang.

 

Mensos bertemu dengan 22 orang korban kasus TPPO dimana 7 di antaranya adalah korban yang dipulangkan dari kasus yang terjadi di Riau. Tujuh orang tersebut berasal dari Kabupaten Malaka 3 orang, Timur Tengah Utara 1 orang, Belu 2 orang, dan Ende 1 orang. Sedangkan 15 orang lainnya adalah korban TPPO dari kasus lain sebanyak 15 orang yang berasal dari Timur Tengah Utara.

Mensos memberikan program permberdayaan bagi para korban seperti modal usaha untuk berkebun, usaha kios, dan beternak.

 

Hal ini agar para korban memiliki penghasilan sendiri sehingga tidak tertarik bekerja ke luar negeri yang menyebabkan mereka terlibat sindikat perdagangan orang.

 

Saat itu Risma tidak lupa memotivasi mereka untuk tidak pergi jauh meninggal keluarga.

 

“Jangan pergi jauh ya bu. Jangan tinggalkan suamimu. Kecuali masalah. Mabuk pukul istri. Jangan loh ya. Seberat apapun tetap di sini. Saya akan bantu”, ujar Risma di hadapan 23 korban TPPO di Sentra Efata Naibonat, kabupaten Kupang, NTT, Rabu (12/7/23).

 

Dalam dialog tersebut Risma mendapat masukan dari para korban TPPO. Ada yang ingin pelatihan menjahit, perbengkelan, warung Sembako, Sopir dan lainnya.

 

“Jangan semua jahit. Siapa yang memesan nanti. Yang mau sopir alat berat kasih SIM alat berat.
Tidak ada proyek bisa bawa dumptruck”, kata Mantan Walikota Surabaya itu kepada Stafnya.

Selain itu masih ada permintaan lain dari para korban TPPO.

 

Usai menemui para korban TPPO Tri Rismaharini menemui 6o-an anak muda dalam balai yang mengikuti pelatihan ketrampilan.

 

Ia mendapatkan juga banyak masukan.

Risma tidak lupa memotivasi anak-anak muda tersebut.

 

“Tuhan tidak merubah nasib kita kalo kita tidak mau merubahnya. Kalo kita mau merubah Tuhanpun akan merubah nasib kita. Yang merubah nasib kalian, ya kalian”, kata dia.

“Melawan kemajuan dengan kreativitas. Kalo tidak, mati. Makanya kita bekali ilmu tambahan. Kita harus berikan seluruh apa yg dibutuhkan. Tidak kreatif kita dimakan”, ucap Penyuka olahraga mendaki gunung tersebut.

 

Menurut Risma, ia terlahir sebagai anak yang tidak miskin, namun harus tetap bergerak.

 

“Saya saat masih SMA sudah dikasih mobil sama orangtua. Tapi saya harus tetap bergerak. Saya punya toko. Saat Lebaran dan Natal saya bisa mendapat masukan 100 juta. Jadi kenapa kalian tidak bisa. Itu hak kalian untuk sukses. Tuhan tidak bedakan. Kuncinya tidak ada kata menyerah. Putus asa”, katanya.

 

“Keberhasilan itu berangkat dari kemauan. Pendidikan salah satu faktor saja. Tidak sekolah bukan akhir segala. Bagaimana berhasil tergantung pada kemauan anda. Ayo mulai sekarang kalian bisa. Kalo mau semua mungkin. Buktikan. Jangan diam saja”, Risma memotivasi.

Pekerja Sosial dan Penerjemah Jesmina Huna Kore saat menjawab pertanyaan Media Rabu (12/7/23).

Pekerja Sosial sekaligus Penerjamah Jesmina Huna Kore menjelaskan, anak -anak muda tersebut direkrut melalui Dinas Sosial provinsi NTT.

 

“Ada yang dari kabupaten Sikka, Malaka. Ende. sumba Timur. Alor, Belu. Kavupaten Lembata dan Flotim. Ada anak berkebutuhan khusus. Tuna daksa (tanpa Kaki dan tangan puntung). Masuk di lembaga sentra efata. Dibina ketrampilan di sini”, kata Huna Kore.

Menurut dia, seluruh faslitas sudah disiapkan oleh dinas Sosial.

Huna menjelaskan, ada berbagai ketrampilan yang diajarkan kepada anak-anak muda tersebut selama di penampungan.

 

“Jahit, kerajinan tangan, salon. Komputer, tenun ikat. Tukang batu dan meubel”, jelas dia.

 

Ia menjelaskan, para Peserta, ditampung dalam asrama selama pelatihan.

 

“Dilatih selama 3 bulan atau 6 bulan setelah itu pulang, berdasarkan rekomendasi dari instruktur. Pascah pelatihan dikasih bantuan sesuai ketrampilan. Mereka diberi alat pendukung.

 

Ia mengatakan secara total anak muda yang mengikuti pelatihan sebanyak 98 orang.

 

Setelah menemui korban TPPO dan kelompok anak muda yang ikut pelatihan, Mentri Sosial langsung terbang ke Jogya untuk melanjutkan kunjungan kerja. (Sintus).

  • Bagikan