Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Menginang, Ditampilkan Dalam Pameran Temporer, Museum NTT

Kontributor : Ellena Editor: Sintus

KUPANG, FLOBAMORA-SPOT.COM – Salut, bagi UPTD Museum NTT yang mengangkat Tradisi makan Sirih pinang atau dalam bahasa Alor disebut menginang. UPTD Museum Daerah Provinsi NTT menggelar Pameran Temporer Tradisi Menginang di NTT dengan Tema: “Restorasi Kebudayaan menuju NTT Bangkit, NTT Sejahtera, dan judul: Kristal Cinta di Limbah Merah.” Kegiatan berlangsung di halaman UPTD Musen Daerah NTT sejak tanggal 24 – 27 Juni 2022 .

 

“Latar belakang Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku dan etnis dengan latar belakang kebudayaan yang beraneka ragam, sehingga dibutuhkan suatu upaya untuk menyelamatkan, melestarikan dan menginformasikannya melalui cara dan disiplin ilmu tertentu. Dengan demikian, nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya dapat dipertahankan dan diwariskan kepada generasi berikutnya”, Ujar Kepala UPTD Museum NTT Aplinuksi M.A.Asamani, S.Sos,M.Si kepada Media usai Pembukaan Pameran Jumat (24/6/22).

 

Menurut dia, Sejak awal berdirinya tahun 1977, Museum NTT telah banyak mengumpulkan benda-benda budaya yang pada masa lampau dipakai para leluhur, atau yang menjadi peninggalan kejayaan bangsa di masa lampau. Dengan bekal pengetahuan yang dimiliki, para pendahulu telah berusaha menyelamatkan warisan budaya bangsa, agar para Penerus bangsa di masa sekarang dan masa yang akan datang, dapat melihat dan menyaksikan warisan nenek moyang, seperti Tradisi Menginang ini.

 

“Menginang atau Makan Sirih-Pinang bukanlah hal asing bagi kita, karena hampir dalam aktivitas keseharian kerap ditemui, atau mungkin kita salah satu yang biasa mengkonsumsinya.” Jelas Aplinuksi.

 

Ia menjelaskan, Sirih-Pinang memiliki kedudukan yang spesial dalam budaya di NTT. Dalam upacara-upacara adat, sirih-pinang menjadi wajib. Dalam perkawinan, orang membawa sirih-pinang sebagai pembuka pintu. Dalam menghormati leluhur, orang menyajikan sirih-pinang. Ketika bertamu, disuguhi sirih-pinang. Bahkan, sekadar bertemu dengan tetangga atau teman, disuguhi sirih-pinang, dan sebagainya. Sirih-pinang hadir dalam suasana religi dan profan, suasana sakral dan rutinitas harian, formal dan non-formal.

 

“Tradisi ini melekat erat dalam budaya kita Orang NTT. Sejak dahulu hingga saat ini tradisi menginang terus hidup dan terwariskan dari generasi ke genarasi”, tambahnya.

 

Aplinuksi menjelaskan, UPT Museum Daerah NTT, pada kesempatan ini, hendak menyajikan kekayaan nilai dan makna yang terselubung di balik budaya makan sirih-pinang. Seperti halnya dengan variasi wadah sirih pinang hasil karya budaya dan peninggalan sejarah masa lampau.

 

Sementara PLT. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Inna Laiskodat dalam sambutannya saat membuka kegiatan tersebut menyatakan dukungan dan apresiasinya terhadap kegiatan ini dan berharap ke depan ada lagi pameran-pameran yang mengangkat dan menonjolkan budaya NTT yang sangat beragam.

 

“Pemerintah NTT lewat Dinas Pendidikan akan mendukung kegiatan seperti ini. Karena mengangkat budaya atau tradisi yang menjadi keseharian masyarakat NTT yang sarat makna. Dan juga saya berharap kedepan akan ada lagi kegiatan semacam ini.” Ujar Inna Laiskodat.

 

Ketua Komisi V DPRD NTT Kristien Samiyati Patti, SP kepada media mengatakan DPRD sangat mendukung kegiatan seperti ini tentu lewat regulasi dan anggaran.

 

“Pada dasarnya DPRD sangat mendukung ya, dan apresiasi bagi kepala UPT Museum yang sudah menginisiasi kegiatan ini. Dan kegiatan ini sangat berharga karena budaya NTT yang beragam dan sarat makna, memang harus diangkat. Dan UPT Museum sudah melakukannya, tentu kami sebagai legislatif akan terus mendukungnya.” Ujar Kristein politisi Partai Nasdem ini.

 

Mengenai kontribusi anggaran, Kristien dengan yakin mengatakan akan mendukung dan menunggu pengajuan perencaan program dan anggaran dari UPT Museum Daerah NTT.

 

Setelah acara pembukaan PLT Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Ketua Komisi V DPRD NTT dan tamu lainnya mengunjungi stand pameran yang memamerkan berbagai model tempat siri dari berbagai daerah di NTT lengkap dengan penjelasan cerita dibalik beraneka macam tempat siri tersebut.

 

Pameran Temporer terbuka kepada seluruh kalangan, meliputi pelajar, mahasiswa, para pendidik, masyarakat umum, dan wisatawan.

 

Setelah acara Pembukaan dilanjutkan dengan persembahan tarian tradisional caci Manggarai dan Bidu dari Malaka.

  • Bagikan