Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Mau Bangun NTT, Bangun Dulu Perspektif dan Mindset Masyarakat

Kontributor : JN_ELLENA Editor: Sintus
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat saat menerima Ketua Sinode GMIT Pdt. Mery Kolimon Selasa (10/5/22).

KUPANG, FLOBAMORA-SPOT.COM – “Kita sudah terlalu lama tidur panjang dan terbiasa dengan keadaan yang pasrah serta menerima apa adanya keadaan kita saat ini. Sering kali hal ini menjadi penghambat utama kemajuan kita. Untuk itu sudah saatnya kita harus bangun dan merubah perspektif kita, cara berpikir kita untuk maju dengan mengusung strategi-strategi yang baru yang lebih efektif yang tepat sasaran dan lebih terasa manfaatnya ke masyarakat”.

 

Hal tersebut disampaikan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) saat menerima kunjungan Ketua Sinode GMIT NTT Pdt. DR. Mery Kolimon’ Selasa (10/5/22).

 

Ketua Sinode datang untuk menyampaikan keikutsertaan Sinode GMIT pada Sidang Raya Gereja-gereja Sedunia yang ke-7 di Jerman dan Ketua Panitia Festival Laut Olamangcari (Festival cari hidup) Pdt. Jeny Missa, S.Si (Teol), M.Sn, dalam rangka Festival Laut Olamangcari menyambut masa pemulihan ekonomi masyarakat pasca Pandemi Covid-19, di Desa Dadibira, Kecamatan Pura Utara Kabupaten Alor pada tanggal 14-15 Juni 2022.

 

“Kita memiliki banyak kekayaan alam yang sangat bernilai tinggi, baik itu kekayaan laut berupa ikan, lobster, rumput laut dan hasil laut lainnya yang berkualitas tinggi, maupun kekayaan alam lainnya seperti tumbuh-tumbuhan langka yang bernilai tinggi seperti anggrek ekor tupai”. Namun karena kebodohan kita dan perspektif serta cara pandang kita yang salah, sehingga kita tidak mengetahuinya dan tidak mampu membaca peluang yang ada di sekitar kita. Di luar dari Kupang itu ilmunya sama saja, tetapi yang membedakannya adalah perspektifnya, cara bergaulnya berbeda, cara dia mengenal orang di sekitar dan membangun relasi berbeda”. Jelas VBL.

 

Selanjutnya VBL juga menegaskan “Di Otan (Pantai Otan) kita peduli kepada Penyu dengan tidak merusak habitat serta menjaga kelestariannya.
Kalau penyu itu datang kita tidak boleh menyentuh atau mengganggunya, sekarang kita bisa melihat hasilnya. Penyu sudah mulai banyak bermunculan, kita sudah tidak susah lagi untuk melihat keberadaannya, untuk itu harus ada kecintaan kita terhadap alam dan kalau ada saja sedikit keperdulian kita kepada alam, maka dengan sendirinya alam akan merefresh dirinya sendiri dan akan membangun dirinya buat kita”. Jelas Gubernur Viktor.

 

“Kita sudah terlalu lama tidur panjang dengan keadaan kita saat ini yang sudah terbiasa dengan keadaan yang pasrah serta menerima apa adanya keadaan kita, untuk itu sudah saatnya kita bangun dari tidur panjang itu. Kita perlu bergerak bersama dalam sebuah gerakan perubahan, jangan berjalan sendiri-sendiri, gereja harus mampu mempersiapkan sumber daya manusia, kemampuan jemaat untuk mengelola industri-industri rumahan sambil Pemerintah mempersiapkan dan memperkenalkan pengusahanya/investornya”. Tegasnya Gubernur VBL.

 

“Gereja harus menjadi penggerak utama. GMIT harus berperan lebih lagi dalam mendukung dan menciptakan generasi-generasi masa depan yang cerdas dan berkualitas. Pendeta-pendeta juga harus berperan sebagai guru, bahkan sejak dari sekolah minggu. GMIT harus bisa memfasilitasi pemuda-pemudi dan jemaat yang memiliki potensi untuk belajar banyak hal diluar sana seperti beasiswa dan sejenisnya, karena ketika mereka telah mengalami banyak hal baru dan pengalaman baru di luar sana, mereka dapat membawa pulang pengalaman dan hal-hal baru tersebut untuk membangun daerahnya karena banyak sekali potensi ekonomi yang bisa kita kerjakan dan kita kembangkan “. tutup Gubernur NTT asal Semau tersebut.

 

Ketua Sinode GMIT NTT Pdt. DR. Mery Kolimon menyampaikan, dalam Sidang Raya Gereja-gereja Sedunia yang ke-7 di Jerman, Sinode GMIT juga akan mengirimkan wakilnya sebanyak empat orang dan akan dipimpin langsung oleh Ketua Sinode GMIT NTT Pdt. DR. Mery Kolimon.

 

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Panitia Festival Laut Olamangcari, Pdt. Jeny, Memohon Kehadiran Gubernur NTT untuk membuka Festival Laut dan menyampaikan beberapa rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam festival tersebut.

 

“Festival laut olamangcari ini dilaksanakan dalam rangka merespon positif minat masyarakat pasca pandemi covid-19 dan untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. Pelaksanaan kegiatannya di laut dan juga didarat. Di laut itu misalnya menangkap ikan dengan bubu, kegiatan panah ikan, kegiatan dayung perahu ibu-ibu, snorkeling, diving dan free diving. Sedangkan kegiatan di darat itu, melihat proses masak sopi, mulai dengan penyadapan dari pohon tuak lalu bagaimana proses penyulingannya dan selanjutnya diolah menjadi anggur (perjamuan), juga ada kegiatan anyam topi dari daun tuak (lontar), anyam nyiru serta bakul, dan juga pembuatan bubu dari bambu. Untuk memulai Festival Laut ini, pada malam pertama akan dimulai dengan Seminar tentang Teologi Pesisir”, kata dia.

Menutup penjelasannya, Pdt. Jeny juga menyampaikan bahwa semua kegiatan ini difasilitasi oleh Jemaat Elim Dadibira Klasis Alor Barat Laut, Kabupaten Alor.

 

Turutk hadir pada Audiens tersebut, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTT, Drs. M. Nazir Abdulah, M.M; dan Staf Khusus Gubernur NTT Bidang Pembangunan dan Ekonomi Prof. Daniel Kameo, Ph.D.

 

  • Bagikan