Astaga !! Sumba Timur, Catat Kasus Malaria Tertinggi, VBL:” Kepala Daerah Lebih Serius Bekerja”

Reporter: SP Biro AP NTT/EllenaEditor: sintus
  • Bagikan
Bupati Sumba Timur Kristofel Praing, Gubernur NTT, VBL dan Kadiskes NTT Meserasi Ataupah dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi III Konsorsium Malaria se-daratan Sumba. Kegiatan berlangsung Jumat ( 26/11)di aula Padadita Beach Hotel, Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur

KUPANG, FLOBAMORA-SPOT.COM – “Kepala Daerah Harus Lebih Serius dalam Menangani Kasus Malaria di Pulau Sumba”.

Demikian ditegaskan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) saat membuka dengan resmi acara pertemuan Monitoring dan Evaluasi III Konsorsium Malaria se-daratan Sumba. Kegiatan berlangsung Jumat ( 26/11)di aula Padadita Beach Hotel, Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.

 

VBL menegaskan, harus ada solusi dalam penanganan kasus malaria di Pulau Sumba sehingga tidak terus menerus mengalami peningkatan kasus. “Desain programnya, bentuk koordinatornya, serta rumuskan anggarannya. Dan buat pelatihan khusus untuk tenaga kesehatannya sehingga kasus ini mendapatkan penanganan serius sampai selesai dan benar-benar tidak ada lagi Malaria di pulau Sumba“, kata VBL.

 

Bupati Sumba Timur Drs. Kristofel Praing menyampaikan beberapa masalah kesehatan khususnya penyakit malaria di Pulau Sumba sebesar 92%.

 

“Kabupaten ini merupakan kabupatan dengan kasus malaria tertinggi ketiga di Pulau Sumba setelah Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Barat yakni sebesar 11% (458 kasus). Sejak awal penyusunan rencana aksi daerah dalam rangka percepatan eliminasi malaria tahun 2018 Kabupaten Sumba Barat Daya , Pemerintah Kabupaten Sumba Timur telah melaksanakan berbagai intervensi. Intervensi ini dalam rangka menekan jumlah kasus malaria baik dari segi penguatan  sumber daya manusia , penyediaan logistic.  Manajemen kasus , pengendanlian  vektor, termasuk pembagian kelambu massal maupun promosi kesehatan. Berbagai upaya tersebut telah mencapai hasil yang positif ditandai dengan menurunnya angka malaria di Kabupaten Sumba Timur”, kata Praing.

 

Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, dr. Meserasi VB Ataupah melaporkan kabupaten Sumba Timur mulai menunjukkan penurunan endemisitas dari tinggi ke sedang tahun ini.

“Kabupaten Sumba Tengah telah berhasil keluar dari endemis tinggi malaria ke endemis rendah malaria. Sedangkan Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya masih stagnan di endemis tinggi.

 

Sementara itu menjawab pertanyaan Gubernur NTT tentang malaria , dr. Desriani Ginting memberikan gambaran pengendalian kasus Malaria di Sumba. Adapun kendala yang dihadapi yaitu kurangnya SDM yang berkompeten, sarana prasrana yang kurang memadai. Dan kesadaran masyarakat terkait bahaya malaria yang masih sangat kurang. Karena tidak adanya promosi kesehatan dan dukungan anggaran yang sangat terbatas.

“Sebagai petugas lapangan yang menangani langsung kasus ini, saya mengharapkan adanya keseriusan dari para kepala daerah di Pulau Sumba.  Dengan melakukan hal-hal yang telah ditegaskan oleh Gubenur NTT”, ucap dia.

 

Turut hadir pada pertemuan tersebut , Staf Khusus Gubernur Bidang Kesehatan dr. Stef Bria Seran, Bupati Belu dr. Agustinus Taolin, SpPD-KGEH, FINASIM. Para pimpinan perangkat daerah sedaratan Sumba, para camat dan kepala desa sedaratan Sumba.  Serta seluruh peserta Monev III Konsorsium Malaria Sumba Monev Pokja Eliminasi Malaria di Pulau Sumba.

  • Bagikan