Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Pantai Lailiang dan Air Terjun Lapopu di Wanukaka

Pantai lailiang, sepi dan belum terjamah dinas pariwisata setempat (7/6/2016)
Pantai lailiang, sepi dan belum terjamah dinas pariwisata setempat

Waikabubak, flobamoraspot. com Pada Selasa (7/6/2016), dengan menggunakan motor, dan menempuh perjalanan melelahkan sepanjang 40 km dari Kota Waikabubak, kami tiba di bibir Pantai Lailiang yang terletak di Desa Baliloku, Kecamatan Wanukaka, Kabupaten Sumba Barat, Nusa tenggara Timur,

Deburan ombak di pantai ini tak terlalu besar. Suasananya pun teduh. Tampaknya dinas pariwisata belum mengelola pantai yang indah ini. Jalan menuju lokasi masih belum layak dilintasi mobil, motor, maupun bus. Jalanan masih berupa aspal berpasir dengan kombinasi bebatuan yang berasal dari longsoran bukit.

Ditemani oleh Hilarius Embula (52) — akrab disapa Rius –, dan Johanis Kadiwano (39) — akrab disapa John — dari Perhimpunan Burung Indonesia, kami menelusuri bibir pantai. Tampak bukit karang di sebelah kiri dan kanan pantai. Sementara itu di belakang yang ada hanya hutan belantara.

Rius mengatakan pantai ini memang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Manupeu Tanadaru, sehingga tak heran, suasananya sedikit mencekam.

Pantai Lailiang yang diapit dua bukit karang (7/6/2016)
Pantai Lailiang yang diapit dua bukit karang

Karena lokasinya berbatasan langsung dengan hutan lindung, di sini masih banyak berkeliaran burung edemik Pulau Sumba seperti Nuri pipi merah.

Karena masih perawan, dan ditunjang dengan lingkungan yang sepi, penduduk sekitar kerap menjadikan pantai ini sebagai tempat kumpul untuk berwisata bersama atau memadu kasih dengan pasangan.

Terlihat tapak motor serta bekas kayu-kayu yang digunakan untuk membuat api unggun. Ada pula sampah makanan ringan dan air mineral yang dibuang sembarangan.

Siang hari telah lewat, kami pun memutuskan untuk beranjak dari pantai setelah puas mengabadikan beberapa gambar.

Sampah bertebaran di pinggir pantai (7/6/2016)
Sampah bertebaran di pinggir pantai

Usai beranjak dari pantai dan mengikuti arahan John, kami langsung menuju air terjun Lapopu yang menjadi hulu Sungai Lapopu.

Berjarak sekitar 15 km dari Pantai Lailiang, atau 25 km dari kota Waikabubak, lagi-lagi kami menempuh jalan yang cukup terjal. Jalan berbatu yang menurun dan menanjak, sering kami temui. Dan jika tak hati-hati dalam mengendarai motor, kami bisa terjungkal.

Akhirnya setelah selama 20 menit perjalanan, kami memasuki wilayah Desa Rewarara, Kecamatan Wanukaka, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, tempat air terjun berada.

Tiket untuk memasuki lokasi wisata ini hanya Rp5 ribu untuk pengunjung lokal/domestik dan Rp50 ribu untuk turis mancanegara.

Air terjun Lapopu, dengan undakan dan memiliki banyak cabang curahan air (7/6/2016)
Air terjun Lapopu, dengan undakan dan memiliki banyak cabang curahan air

Masih masuk dalam wilayah Taman Nasional Manupeu Tanadaru, untuk mencapai air terjun Lapopu dari pos penjagaan, kami harus berjalan menyusuri bibir sungai sejauh kurang lebih 100 meter dengan melintasi jembatan bambu sepanjang 20 meter.

Airnya yang jernih dan berwarna hijau memang mengajak siapa yang melihatnya untuk menceburkan diri menikmati kesegarannya. Namun karena dalam, kami hanya menikmati air terjun ini dari bibir sungai.

Puas menikmati panorama alam air terjun serta kicauan burung endemik khas Sumba, jelang sore kami pun kembali menuju ke kota Waikabubak, untuk selanjutnya ke kantor Burung Indonesia yang berlokasi di Jalan Trans Waibakul Waingapu, Sumba Tengah.

Sumber : Beritagar.id / Mustafa Iman
  • Bagikan