Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Astaga !! Di Baun Orang Terinveksi HIV Tinggal di Kandang Babi

Sekretaris KPAD Kabupaten Kupang Drs. W.Z. Johanis, usia Wawancara Selasa (17//3/20)

OELAMASI, FLOBAMORA-SPOT.COM – Stigma dan Diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) atau saat ini disebut Orang terinveksi HIV (OTH) di kabupaten Kupang masih tinggi. Hal ini terjadi karena masyarakat dan keluarga ODHA belum mengetahui bagaimana cara menular dan mencegah virus ini.

“Di Baun itu manusia (ODHA) dimasukkan ke kandang, hewannya dikasih keluar. Itu dulu. Kenapa ? karena orang belum paham. Sebenarnya penularan virus ini tidak sembarang harus melalui hubungan seks, jarum suntik dan air susu ibu”, kata Sekretaris KPAD Kabupaten Kupang Drs. W.Z.Johanis kepada Media ini Selasa (17/3/20).

Melalui Warga peduli AIDS informasi tentang HIV bisa disampaikan kepada masyarakat, sehingga Stigma dan diskriminasi bisa dihilangkan.

Lebih lanjut Johanis mengatakan, sesuai kesepakatan di Bandung bersama seluruh Kepala Daerah se-Indonesia, tahun 2030 Indonesia bebas HIV dan AIDS.

“Dalam arti sudah tidak lagi ada Inveksi baru, karena orang sudah paham. Mau hubungan tidak benar harus pake penangkal. Itu kesepakatan, tandatangan seluruh Kepala Daerah”, jelasnya.

Menurut dia, untuk mewujudkan kesepakatan tersebut pihaknya bekerja keras bersama Warga peduli AIDS yang hampir selesai dibentuk di 160 Desa, 17 kelurahan dan 24 Kecamatan.

“Di kecamatan Amfoang Barat laut, Sulamu, Amfoang tengah dan Fatuleu belum lengkap. Yang belum lengkap Pembentukan WPA, Kecamatan Amarasi Selatan, Amarasi Timur, Amrasi Barat, SemauSemauSelatan, Fatuleu tengah dan Amfoang Timur. Nanti terakhir Pembentukan WPA tingkat Kabupaten Kupang”, urainya.

Ia mengatakan, ke depan WPA lebih berperan dalam mensosialisasikan berbagai program kepada masyarakat.

“Kita hanya bersifat koordinasi, Pengarah tidak di lapangan lagi. WPA pertama lahir itu di Bandung dimana orang-orang tertular itu dibiarkan sehingga stigma dan diskriminasi tinggi. Kita sebenarnya berhasil kalo stigma dan diskriminasi tidak ada lagi. Virus itu boleh ada tapi jangan diskriminasi karena kalo sudah kena tidak mungkin sembuh”, ujarnya.

Menurut dia, ke depan tidak hanya informasi HIV yang disampaikan WPA tetapi Informasi tentang Corona juga perlu disisipkan dalam setiap kegiatan di WPA.

“informasi HIV dan Corona harus Satu kali jalan”, katanya.

Ia menjelaskan, Kehadiran Pengurus Warga Peduli AIDS (WPA) di masyarakat merupakan corong Pemerintah untuk menyampaikan bahaya dan cara mencegah virus tersebut, karena itu masyarakat jangan takut dengan HIV. (sintus)

“Dalam penanganan HIV harus pake prinsip itu. tidak bisa sendiri-sendiri. Dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Itu hanya ada dalam Warga Peduli AIDS”, ujarnya.

Pada akhir bincang-bincang dengan Flobamora-spot.com Johanis mengatakan, pihaknya tidak mengelola dana sendiri (hibah) sehingga upaya mendorong berbagai program seringkali tersendat.

“Kami (KPAD) dibawah Bagian Kesra jadi kami turun itu sebagai perjalanan dinas eselon II. Tapi kami kerjakan tugas kami dengan enjoy”, Pungkasnya.

 

  • Bagikan