Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Beberapa pengelola Kuliner di Pantai Sulamanda, Minggat. Apa alasannya ?

Pantai Sulamanda beberapa hari lalu.

SULAMANDA, FLOBAMORA-SPOT.COM – Sulamanda adalah sebuah destinasi wisata Pantai di Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur yang makin digandrungi masyarakat dalam tahun-tahun terakhir. Untuk melayani permintaan Pengunjung di Pantai itu, pengelola menempatkan Kuliner, namun satu dua minggu terakhir beberapa di antara mereka telah minggat dari sana setelah angin puting biliung memorak-porandakan tempat itu.
“Yang jualan di sini mama Mina Bere, mama Loe, bapa Lazarus Oematan, Eman luluporo,, Anis Lanang, Sedek, Tanta marta, Agus Latunusa, Hamzah Mbupu,, Mery hayon, Bapa Mesakh, Mama Lince. Yang masih bertahan Mama Selvi Loe, Mama Mina Bere, Mama Marta, Mama Tency Mbupu, Tanta Lince dan Om Mesakh yang lain sudah angkat barang”, jelas mama Mina Bere diamini Mama Selvie Loe kepada Flobamora-spot.com Rabu, (8/1/2020).
Ditanya apa alasan rekan-rekannya minggat, kedua Oma ini mengatakan, kondisi Pantai Sulamanda yang tidak lagi bersahabat setelah disapu Angin Puting biliung pada 23 Desember 2019 lalu ditambah genangan air yang memenuhi kios mereka menjadi alasan perginya rekan-rekan mereka.

“waktu bencana angin puting biliung itu 3 pohon besar patah dan miring. kami beberapa orang sewa sensor sendiri. b bayar 200ribu satu pohon. teman-teman lain potong dua pohon dengan bisa rp. 400.000. Dari Pemerintah desa tidak ada bantuan”, kisah Mama Selvi Loe.
Menurut Selvi, apa yang terjadi merupakan peristiwa alam, namun perhatian pemerintah sangat dibutuhkan.

Kades Mata Air Beny Kanuk

“Kades datang saat awal kejadian setelah itu tidak datang lagi. orang Bumdes datang bilang mama dong sensor sendiri sudah karena selama ini cari hidup di sini. jadi kita sensor sendiri. pertama bilang mau tarik kasih lurus dulu baru potong yang jatuh”, urainya.
Mengenai genangan air di beberapa kios Selvi mengatakan, hal itu terjadi karena Bumdes melakukan penimbunan di bagian Barat air tidak bisa mengalir ke bawah sehingg terjadi genangan.

“Dong timbun di seblah pak jadi air naik ke sini. ko air sonde mengalir ke bawah na. katanya mau buat area parkir”, tambah Mama Mina Bere.
Kepala desa Mata Air Benyamin Kanuk yang dihubungi per WA bereaksi cepat. Ia langsung melakukan Video Call untuk mengklarifikasi keluhan para pengelola Kuliner diPantai Sulamanda.

Beny Kanuk bersama beberapa perangkat Desa dan Bumdes sedang kerja bakti membersihkan sampah dahan pohon hasil sensor beberapa hari lalu.
“Saat mama-mama telpon saya di Rote. Kebetulan hari bae jadi kita pulang kampung lihat keluarga to. tapi bukan tidak perhatian dengan kondisi Sulamanda”, ujarnya.
Menurut dia, Pantai Sulamanda menjadi lahan menanam uang bagi desa mata Air sehingga suka tidak suka harus dibenahi.
“Kita pung kebun papa jadi pasti dibereskan”, ujarnya sambil memperlihatkan kondisi pantai Sulamanda yang mulai bersih.
Ia mengaku akan menganti pohon duri (pohon yang saat ini tumbuh di pantai Sulamanda) dengan tanaman lain.
“Saya mau ganti dengan Waru”, kata Beny.
Menurut dia, meski pantai itu masih kotor namun kunjungan masyarakat terus meningkat.
Sebelumnya pada tanggal 23 desember 2019 lalu angin puting biliung merubuhkan beberapa pohon duri di pantai wisata Sulamanda. Selain pohon ada pula atap teras Lapak yang dibangun pemerintah Desa setempat ikut rubuh akibat ditimpa dahan pohon. (Sintus)

  • Bagikan