Kapela Mgr. Gabriel Manek, Jadi Wisata Rohani

  • Bagikan

Sabtu, 3 Maret 2018

Laporan : Pemkab Belu / Belukab.go.id

Lahurus, flobamora-spot.com – Kapela MGR. Gabriel Manek, SVD yang berada di Desa Lahurus, Kecamatan Lasiolat,adalah Kapela yang dibangun untuk memperingati MGR. Gabriel Manek, SVD yang merupakan Pastor Pribumi pertama selain (Alm) P. Karolus Kale Bele, SVD. Peletakkan batu pertama dilakukan pada bulan 13 Juni 2011 dan Penthabisannya pada 15 agustus 2012 oleh Uskup Atambua MGR. Dominikus Saku, Pr dan Pimpinan Umum Kongregasi Putri Reinha Rosari Sr. Benediktis, PRR Untuk sampai ke Kapela ini kita bisa menggunakan kendaraan baik roda 2 (dua) maupun roda 4 (empat). Lokasinyapun tidak jauh dari kota Atambua.

Damai, nyaman, asri dan tenang, ungkapan yang ada di pikiran setiap orang yang pernah berkunjung keKapela ini. Kapelanya tidak besar dan tidak mewah, tapi sangat indah dan mempesona, dengan padu-padan warna dinding yang soft memberi kesan elegan pada Kapela ini. Penataan ruang didalampun sama seperti Gereja atau Kapela pada umunya, seperti ; Sakristi, Meja Altar, Salib, Patung Keluarga Kudus Nazaret, Kursi dan meja umat, Mimbar dan beberapa hal lainnya, yang berbeda adalah disisi kiri Altar terdapat foto MGR. Gabriel Manek, SVD, sederhana namun sekali lagi Kapela ini membuat mata sulit beralih dari setiap sudut yang ada. Didepan Kapela terdapat 2 kolam kecil yang dihuni oleh ikan-ikan hias yang cantik. Kapela ini digunakan untuk Misa setiap hari oleh para Suster Biara PRR, dan pada Waktu tertentu juga dilakukan perayaan Misa oleh komunitas atau keluarga. Didepan Kapel ini terdapat Kapela lama yang masih kokoh berdiri, kapela lama ini diberkati oleh Emiritus MGR. Anton Pain Ratu, SVD pada tahun 1995. Sedangkan Biara PRR berada disebelah kiri Kapel, biara ini dikelola oleh 3 Suster, yakni SR. M. Carola, PRR sebagai Suster kepala dan 2 Suster lainnya yang membantu di Komunitas Biara PRR tersebut, namun 2 Suster yang membantu ini tidak tetap berada di Biara ini, karena sering berpindah tempat pelayanan. Didepan Biara PRR ini pun terhampar halaman yang dipenuhi rumput jepang yang halus, sekali lagi mata kita dibuat segar meskipun sudah pukul 15.00 Wita, kerena warna hijau yang segar dari rumput ini serta bunga-bunga dan tanaman lainnya yang mengelilingi Kapela dan juga Komunitas Biara PRR ini.

Beralih dari Kapela, kami melanjutkan berjalan menuruni anak-anak tangga melewati stasi –stasi jalan Salib, disinipun kami dimanjakan dengan suasana rindangnya pohon-pohon besar dan juga pohon bambu yang ada disepanjang   jalan.

Disalah satu ujung tangga juga terdapat Gua Bunda Maria dan dbawahnya terdapat “Mata Air” yang diyakini terberkati sehingga dapat menyembuhkan berbagai  penyakit sebagaimana cerita/kesaksian orang-orang yang mengalaminya. Sr. M. Carola, PRR yang adalah Suster Kepala di Biara ini mengatakan bahwa Mata Air tersebut merupakan air yang digunakan oleh  MGR. Gabriel Manek, SVD bersama keluarga untuk kebutuhan sehari-hari dan Mata Air ini tidak pernah kering. Awalnya hingga Air ini diyakini bisa menyembuhkan penyakit dimulai sejak kedatangan Jasad MGR. Gabriel Manek, SVD. Saat itu beberapa orang meletakkan air yang diambil dari mata air tersebut dibawah Jasad MGR, setelah itu mereka menggunakannya baik diminum ataupun disiram dan ternyata membuahkan hasil, bagi yang sakit mengalami kesembuhan. Sejak saat itulah tersiar kabar bahwa air yang diambil dari Mata Air tersebut terberkati dan bisa mnyembuhkan penyakit. Sehingga banyak pengunjung yang datang baik hanya sekedar mengambil air kemudian dibawa pulang, bahkan beberapa orang yang mengalami sakit berat langsung mandi ditempat tersebut dengan memanfaatkan pipa yang sudah ada.

Setiap hari selalu ada pengunjung yang datang ke Kapela, baik utnuk berziarah ataupun sekedar melihat dan berfoto-foto. Selain itu juga bukan hanya yang beragama Katolik yang datang, tetapi juga umat Non Katolik datang berkunjung, contohnya Riel: pemuda ini awalnya tahu dari pembicaraan teman-teman, dan kemudian bersama rombongan teman-teman yang lain mereka melakukan wisata ke Kapela ini, dan sama seperti pengunjung lainnya kesan Riel bahwa tempat ini sangat damai, nyaman dan penuh ketenangan, cocok buat refresh, ungkapnya. Corola juga menyampaikan bahwa, banyak komunitas yang sering berkunjung, bahkan bulan Juli 2016, Rm Leo Mali, Pr bersma komunitasnya melakukan kemah disekitar Kapela ini. Sr. Carola menambahkan, dirinya mendapatkan masukan atau usul/saran dari sebagian besar pengunjung agar kedepannya disediakan Home Stay, ataupun penginapan sederhana, sehingga kedepannya bisa dijadikanm tempat ret-ret atau penginapan keluarga, namun hingga kini masih terkendala dengan dana.

Nah, buat masyarakat Kabupaten Belu dan sekitarnya, ataupun yang berada di Kabupaten lain, yang merasa penat dengan rutinitas sehari-hari dan ingin mendapatkan suasana yang tenang, Kapela MGR. Gabriel Manek, SVD nih, bisa menjadi rekomendasi sebagai tempat wisata. Selain bagus, biayanyapun sangat murah. Cukup membayar angkutan desa dengan tarif Rp. 10.000,- ataupun Ojek dengan tarif Rp.20.000,- sudah bisa melakukan perjalanan ke tempat yang dimaksud ini. Sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang para pengunjung juga bisa berbelanja di Toko/Kios Komunitas Biara PRR, contohnya ; anggur nenas yang baik untuk kesehatan dijual dengan harga Rp 40.000, batu hitam yang juga berkhasiat untuk kesehatan khususnya luka pada tubuh dijual dengan harga Rp 40.000, barang-barang rohani lainnya seperti Rosario, Alkitab, dan masih banyak aksesoris lainnya.

Sebagai penutup dari artikel kali ini, saya tambahkan dengan Profil MGR. Gabriel Manek, SVD yang Kapelanya tidak hanya dibangun di Lahurus, Atmbua-Belu, tapi juga terdapt di Larantuka Flores Timur. (sumber: Hirarki Gereja Katolik Indonesia-Google)

  • Lahir: Ailomea, Lahurus, Belu, Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), 18 Agustus 1913
  • Pendidikan:
  • Normalschool di Halilulik, Timor: 1920
  • Schakelschool di Ndao, Ende, Flores: 1926
  • Seminari kecil di Sikka, Flores: 1927
  • Pindah ke Seminari Todabelu, Mataloko, Flores: Juli 1928. Seminari ini sudah didirikan pada 15 Juli 1928, tetapi baru dibuka secara resmi 15 September 1929.
  • Masuk Novisiat di Seminari Tinggi Todabelu, Mataloko, Flores: 16 Oktober 1933
  • Kaul pertama sebagai SVD di Seminari Tinggi Todabelu, Mataloko, Flores: 17 Januari 1936
  • Kaul Kekal sebagai SVD di Seminari Tinggi Ledalero, Maumere, Flores: 15 Agustus 1940
  • Tahbisan Diakon: 15 September 1940.
  • Tahbisan imam SVD: 28 Januari 1941 sebagai imam pribumi pertama di NTT bersama Pastor Karel Kale Bale SVD
  • Menjadi satu-satunya imam di Flores Timur pada periode 1942-1946, yang melayani di daerah Larantuka, Adonara, Solor, Lembata, Alor, dll.
  • Bertugas di Lahurus dan terlibat dalam dunia politik atas izin Gereja: 1946. Saat itu, Pastor Gabriel Wilhelmus Manek SVD bertugas sebagai Anggota Pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) yang berkedudukan di Kefamenanu. Ia bertugas di Timor pada periode 1946-1951.
  • Membidani berdirinya Seminari Menengah St Maria Immakulata, Lalian, Atambua, Timor: 1950 bersama dengan Pastor Heinrich Janssen SVD. Pastor Gabriel Wilhelmus Manek SVD diberi tugas sebagai Direktur Seminari, sementara Pastor Heinrich Janssen SVD menjadi Prefek Seminari.
  • Ditunjuk Vikaris Apostolik Larantuka: 8 Maret 1951 dan dianugerahi gelar Uskup Tituler Alinda. Penunjukkan ini juga menandai Mgr Gabriel Wilhelmus Manek SVD sebagai uskup pribumi kedua sesudah Mgr Albertus Soegijapranata SJ, Vikaris Apostolik Semarang yang mendapat gelar Uskup Tituler Danaba.
  • Tahbisan Uskup Tituler Alinda: 25 April 1951. Pengangkatan ini terjadi tidak lama setelah didirikan Vikariat Apostolik Larantuka pada 8 Maret 1951. Vikariat Apostolik Larantuka merupakan pemekaran dari Vikariat Apostolik Isole della Piccola Sonda.
  • Uskup Pentahbis Utama: Uskup Tituler Arca in Armenia yang berstatus sebagai Vikaris Apostolik Emeritus Isole della Piccola Sonda, Mgr Heinrich Leven SVD.
  • Uskup Pentahbis Pendamping bagi: Uskup Tituler Candyba yang memangku jabatan Vikaris Apostolik Atambua, Mgr Jacques Franciscus Maria Pessers SVD dan Uskup Tituler Danaba yang menjabat sebagai Vikaris Apostolik Semarang, Mgr Albertus Soegijapranata SJ.
  • Mendirikan Tarekat Puteri Reinha Rosari (PRR): 15 Agustus 1958 bersama dengan Sr (Moeder) Anfrida SSpS sebagai co-pendiri.
  • Mengikuti tiga sesi dalam Konsili Vatikan II (1962-1965) sebagai Bapa Konsili:
  1. Sesi Pertama (11 Oktober – 8 Desember 1962)
  2. Sesi Kedua (29 September – 4 Desember 1963)
  3. Sesi Ketiga (14 September – 21 November 1964)
  • Mengundurkan diri sebagai Uskup Agung Endeh: 19 Desember 1968 pada usia 55 tahun. Saat pengunduran dirinya diterima oleh Paus Paulus VI, Mgr Gabriel Wilhelmus Manek SVD dianugerahi gelar Uskup Agung Tituler Bavagaliana.
  • Sebagai Uskup Emeritus Ende, Mgr Gabriel Wilhelmus Manek SVD harus hidup sebagai perantauan di Amerika Serikat. Sejak akhir 1969, ia pindah ke Amerika Serikat dengan alasan menjalani pengobatan. Namun konon terjadi konflik yang begitu keras yang terjadi di Keuskupan Agung Ende pada waktu itu, dan Uskup Agung Emeritus Ende ini mendapat tekanan yang begitu berat.
  • Mengundurkan diri sebagai Uskup Agung Tituler Bavagaliana: 15 Mei 1976 dan berstatus sebagai Uskup Agung Emeritus Ende.
  • Wafat sebagai Uskup Agung Emeritus Ende: 30 November 1989 di RS Sint John, Lakewood, Denver, Amerika Serikat (49 tahun sebagai imam, 39 tahun sebagai uskup).
  • Jenazah dimakamkan di pemakaman SVD di Techny, Amerika Serikat: 5 Desember 1989
  • Makamnya digali kembali dan jenazahnya dibawa kembali pulang ke Larantuka: 10-14 April 2007. Konon, jenazah Mgr Gabriel Wilhelmus Manek SVD (dan juga peti matinya) masih utuh meski sudah dikubur selama 17 tahun.
  • Mgr Gabriel Wilhelmus Manek SVD tercatat sebagai Vikaris Apostolik pertama Larantuka sejak teritori gerejani ini dimekarkan dari Vikariat Apostolik Isole della Piccola Sonda.
  • Uskup Pentahbis Utama bagi dua uskup, yakni:
  1. Mgr Paul Sani Kleden SVD sebagai Uskup Denpasar (3 Oktober 1961)
  2. Mgr Gregorius Manteiro SVD sebagai Uskup Kupang (15 Agustus 1967)
  • Uskup Pentahbis Pendamping bagi tiga uskup, yakni:
  1. Mgr Antoine Hubert Thijssen SVD sebagai Uskup Tituler Nilopolis ketika diangkat menjadi Vikaris Apostolik Endeh (8 Maret 1951)
  2. Mgr Wilhelm van Bekkum SVD sebagai Uskup Tituler Tigias ketika diangkat menjadi Vikaris Apostolik Ruteng (13 Mei 1951)
  3. Mgr Theodorus van den Tillaart SVD sebagai Uskup Tituler Mulia ketika diangkat menjadi Vikaris Apostolik Atambua (29 Juni 1958)

 

  • Bagikan