Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Tahukah Anda, Virus Rabies Berpindah Dari Sulawesi ke Flores Timur ? Ada Misi apa ya ?


dr. ASep Purnama (baju Putih) dan Wagub Yosep Adrianus Nae Soi sedang dalam Wawancara On Air bersama Karo Humas dan Protokol Setda NTT Dr Marius Kamis (26/9). Anjing Rabies ternyata dibawa dari Sulaweswi ke Flores Timur. Saat ini hampir semua kabupaten di Flores terkena virus itu.

SIKKA, flobamora-spot.com – Virus Rabies telah masuk ke NTT pada tahun 1997. Tahukah anda dari mana ? Ternyata dari Sulawesi. Ini kata Dokter Asep Purnama dalam sebuah Wawancara On Air dari Sikka bersama Karo Humas dan Protokol Setda NTT Dr. Jelamu Ardu Marius dengan Radio Tirilolok Swara Verbum Kupang.

“Dari Sulawesi ada Anjing Rabies yang dibawa ke Flores Timur ada upaya pembunuhan tetapi saat itu masyarakat mungkin belum disiapkan dengan baik, karena Anjing bernilai Ekonomi, dibunuh lalu dilarikan ke Kabujpaten Seblah akhirnya menyebar virus ke seluruh Flores Timur  dan kabupaten lain di Flores, sehingga dalam waktu tiga tahun beberapa kabupaten tertular Virus Rabies”, jelas Purnama dalam wawancara itu dari Maumere Kamis, (26/9).

Menurut Dokter Asep, Manusia yang digigit Anjing Rabies akan meninggal dunia jika penanganannya tidak dilakukan dengan baik. “Kalo menggigit manusia dan tidak dilakukan penanganan yang tepat akan meninggal juga”, tambahnya.

Latas berapa banyak Korban Rabies sejak masuk virus itu ke Flores dia mengakui, tidak ada data pasti karena korban kebanyakan tidak dibawa ke Rumah Sakit.

“Data pasti sulit karena ada yang meninggal tidak dibawa ke rumah sakit dianggap penyakit guna-guna atau lainnya tapi perkiraan lebih dari 300 orang meninggal karena Rabies kalo pada Anjing puluhan ribu. Jadi Anjing juga korban Rabies. Anjing juga tidak mau kena Rabies”, terangnya.

Menurutnya, yang membuat anjing kena Rabies yakni pemiliknya yang tidak bertanggungjawab sehingga dia meminta masyarakat untuk menjadi pemilik Anjing yang bertanggungjawab dan tidak mengabaikan kesehatan anjing.

“Jadilah pemilik Anjing yang bertanggungjawab. Jadi kalo sudah berani memelihara Anjing harus merawat dan memvaksinnya. Vaksin Anjing ada,  kalo di dinas Pertanian, tempat lain mungkin ada di dinas Peternakan atau kesehatan hewan. Nah vaksinasi biasanya ditanggung oleh Pemerintah melalui dinas terkait. Sayangnya kadang-kadang masyarakat percaya dengan Mithos kalo divaksin nanti Anjing mati, nggak bisa dimakan, loyo, itu mitos. Vaksin Anjing sudah diakui oleh semua ahli kesehatan di dunia bahwa cara mencegah Rabies adalah dengan Vaksin. Hewan penular Rabies selain Anjing ada Monyet dan Kucing tapi 98 persen rabies ditularkan lewat Anjing untuk kita di Flores”, urainya panjang lebar.

Wakil Gubernur NTT Yosep Adrianus Nae Soi mengatakan, anjing dimanfaatkan manusia khususnya masyarakat NTT untuk berburu namun sering kali tidak divaksin sehingga muda ditulari penyakit rabies.

“Anjing di Nusa tenggara Timur itu sebagai lambang untuk mendampingi seorang pria saat pergi berburu. Ini kebudayaan atau tradisi, namun Anjing tidak divaksin sehingga lahirlah apa yang dinamakan Rabies. Kemarin-kemarin Rabies ini ditangani oleh Kabupaten tetapi ternyata sekarang Rabies itu antar Kabupaten yang di sini dinyatakan harus dieliminasi tapi dibawa ke Kabupaten lain sehingga provinsi harus mengambil alih”, tegasnya.

Ditanya Dr. Marius mengenai perlunya disediakan dana yang cukup untuk program pemberantassan virus rabies, Wagub Yos Nae Soi mengatakan, penyediaan dana nomor dua, yang utama adalah iktikad baik dari Pemerintah dan masyarakat.

“Dana sudah pasti kita sediakan namun iktikat baik dari Pemerintah dan masyarakat itu sangat diperlukan”, pungkas Mantan Anggota DPR RI ini.

Wagub Nae Soi dan Rombongan Kepala BKKBN Pusat dr. Hasto Wardoyo. Sp. OG (K) berada di Sikka untuk mengikuti acara Pengresmian Klinik Lansia milik RS TC Hillers.

  • Bagikan