Kupang, flobamora-spot.com – Peringatan hari Pendidikan Nasional kembal dirayakan oleh seluruh anak bangsa khususnya di Kalangan Pendidikan. Di Kota Kupang, Perayaan dipusatkan di Balai Kota Kupang diikuti ribuan siswa TK, SD dan SMP.
“Upacara Hardiknas Tahun ini perlu dimanai sebagai sebuah jalan menuju upaya memperkuat Pendidikan dan Mewujudkan Kebudayaan, karena nomenklatur kita adalah Pendidikan dan Kebudayaan. Selama ini lebih berorientasi pada program akademik sementara nilai-nilai budayanya (bisa dikatakan) dinomorduakan. Kasarnya begitu”, kata Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang, Filomon Lulupoi kepada Media ini usai mengikuti Upacara Peringatan Hardiknas di Balai Kota Kupang Kamis (2/5/2019).
Menurut Filmon, dalam upacara ini semua elemen mulai dari Siswa TK – SMP dan para guru menghadiri upacara dengan pakaian adat sebagai salah satu bentuk membangun nilai budaya yang kental dengan filosofi hidup warisan leluhur.
“Kali ini kita ingin mewujudkan nilai itu melalui upacara bersama seluruh elemen masyarakat dan siswa-siswi TK- SD-SMP untuk menggunakan pakaian adat daerah sebagai sebuah nilai budaya daerah”, ujar Suami Ani Lulupoi itu.
Lebih jauh dia menjelaskan, jika sebelumnya tarian sebuah daerah hanya dibawakan oleh anak-anak dari daerah itu, sekarang tidak lagi, anak-anak dari daerah lain bisa bergabung untuk menarikan tarian daerah lainnya sebagai bentuk cinta dan upaya melestarikan kebudayaan.
“Anak-anak dilatih sejak dini untuk mereka bisa hidup bersama secara social. Contohnya tarian Timor bisa diikuti oleh anak – anak dari Rote bahkan dari Jawa. Itu artinya kita memberikan nilai edukasi Budaya, karena nilai kepada anak-anak itu untuk hidup bersama orang lain yang berbeda suku”, tambahnya lagi.
Ditanya mengenai hilangnya permainan-permainan tradisional akibat munculnya permainan modern, Filmon mengatakan, saat ini pihaknya mulai menggalakan kembali permainan tradisional seperti Gala Asin dan Tarik tambang dan permainan tradisional lainnya. “Gala Asin itu permainan tradisional dulu-dulu. Ada juga anak-anak biasa naik pelepah Kelapa ada yang tarik, ada yang jatuh, teman lain pergi angkat. Nah yang menolong orang itu tidak melihat bahwa dia suku apa, agama apa, ttapi dia harus menolong sebagai sesama”, urainya.
Dia berharap, ada dukungan dari berbagai pihak dalam upaya mengangkat kembali nilai budaya yang terkandung dalam Permainan-permainan tradisional tersebut. “Karena setiap permainan tradisional mengandung filosofi yang sangat mendalam. Ada nilai ketulusan, pengorbanan dan kebersamaan dan gotong-royong. Dulu gotong-royong sangat kuat. Kalo orang mau bangun satu rumah semua datang menolong. Sekarang diganti dengan partisipasi tapi mengaburkan”, pungkasnya.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.