Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Tetap Bangga Meski Berstatus Kota Terkotor


Wawali Kupang di antara para pejabat Kota Kupang dalam pawai budaya

Kupang, flobamora-spot.com – Siang itu Panas terik membakar Kota Kupang. Udara begitu menyengat walau musim penghujan berlalu sebulan yang lalu. Bulan April belum usai apa jadinya jika memasuki bulan Oktober atau Nopember. Seperti Jendela Neraka bocor rasanya.
Meski Matahari enggan bersahabat, namun tidak menyurutkan langkah ribuan warga Kota Kupang untuk datang ke arena Car Free Day, mengikuti Carnaval / Pawai Budaya.
“Kita patut berbangga sebagai warga Kota Kupang di tengah isu miring sebagai Kota Terkotor di Indonesia tapi setidaknya kita telah menyukseskan Pemilu dan Pawai Paskah kemarin”, demikian ungkap Wakil Walikota dr. Hermanus Man dalam sambutannya saat melepas 120 rombongan peserta Carnaval yang mengambil titik star persis di depan Rumah Dinas Gubernur NTT Selasa (23/4/2019).
Tahun ini Kota Kupang berusia 23 tahun. Sebuah masa transisi dari remaja ke usia dewasa. Pada masa peralihan ini tidak dapat dipungkiri masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Soal Pelayanan misalnya masih jauh dari harapan, namun kita harus tetap berbangga sebagai warga Kota, yang sedang bersolek agar lebih cantik di usianya.
Motto, “Lil Au Nol Daelbanan”, (Bangunlah aku dengan kasih) harus dihayati lebih dalam, oleh para penghuninya yang terus berdatangan ke pusat ibukota Provinsi NTT ini. Orang-orang dari berbagai suku, Agama, Ras dan golongan terus membanjiri Kota Kupang. Tak ada satu kekuatanpun yang mampu membendung keinginan orang untuk mencari nafkah di Kota bermotto “Kasih” ini, kecuali menata Kota ini agar lebih tertib, aman, berbudaya, beradab dan Smart.

To’o Noce Nus Loa tampil dengan kain adat Rote lengkap dengan Ti’i Langga (topi) bersama ibu tak ketinggalan ikut dalqm pawai budaya

Peserta Pawai Kenakan Kain Adat
Sebagai Kota yang baru beranjak dewasa Kota Kupang masih lekat erat dengan budaya, karena itulah pemerintah merasa perlu memupuk rasa cinta terhadap warisan penuh filsafat kehidupan
Itu. Kain tenun daerah adalah warisan budaya tak terkira nilainya dari para leluhur yang perlu dilestarikan. Seluruh peserta pawai datang dengan balutan kain adat daerahnya masing-masing.
Wakil Walikota yang tampil dengan balutan kain adat Manggarai mengajak semmua peserta untuk enjoy mengikuti pawai budaya ini.
“Semua kita bersatu mari bergembira ria. Jalan sampai finish”, imbaunya.
Seluruh peserta pawai, rombongan demi rombongan baik dari kalangan ASN maupun dari lembaga pendidikan tertib mengikuti pawai yang melewati jalan El Tari belok kanan di depan Pos Polisi menuju jalan W. J. Lalamentik berputar ke arah Timur ke jalan Bundaran PU berakhir di Bundaran Patung Tirosa. Setelah diterima Walikota barisan peserta pawai membubarkan diri. Dirgahayu Kota Kupang ke-23 tahun 2019.

  • Bagikan