Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Viktor Laiskodat: Minum Kopi, ya Kopi Buatan Bumdes

Gubernur NTT VIKTIR B LAISKODAT


Kupang, flobamora-spot.com – Gubernur NTT, Viktor Laiskodat menganjurkan masyarakat NTT untuk minum kopi buatan Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). Hal ini disampaikannya dalam membuka Rapat Koordinasi Program Inovasi Desa Tingkat Program Nusa Tenggara Timur, pada Jumat, (5/4).

Viktor Laiskodat mengatakan, Manggarai menghasilkan 7 ton kopi per tahun namun tidak memiliki Bundes. Untuk itu, ia menganjurkan agar dibentukkan Bundes Kopi Hitam dan diberi nama Flobamora.

“Seluruh orang-orang NTT kalau minum kopi, wajib minum ini. Kepala dinas dan seluruh jajaran, minum kopi? Minum kopi Bumdes. Tidak boleh kopi lain!” tegas Gubernur NTT.

Dari sekian banyak produk di NTT yang bisa didorong dalam Bumdes, namun Gubernur NTT ini lebih memusatkan kepada kopi. Ia menuturkan bahwa hal tersebut dikarenakan kopi telah menjadi transmart internasional.


“Kenapa kopi? Karena ini sudah menjadi transmart internasional. Jadi, harus ada Bumdes untuk mengelola itu dengan baik,” katanya.

Viktor Laiskodat juga menganjurkan untuk tidak perlu membentuk struktur Bumdes yang banyak. Ia mengatakan bahwa bila NTT memiliki 100 Bumdes dan tumbuh dengan hebat, maka 100 Bumdes ini akan menjadi gerakan yang hebat pula. Kuncinya adalah memilih mereka yang memiliki karakter yang luar biasa.

“Bumdes ini bukan kita pilih orang asalan saja. Tapi pilih yang tepat,” tutur Gubernur NTT.

Dalam Rapat Koordinasi Program Inovasi Desa Tingkat propinsi ini dibahas tentang berbagai hal untuk membangun desa-desa di NTT. Diantaranya pembangunan rumah layak huni, dimana masing-masing desa dibangun 5 unit rumah dengan biaya 50 juta per rumah. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi NTT, Piter Manu.

“Kami putuskan untuk membangun rumah layak huni. Satu desa, lima rumah. Kalau ini dimulai, maka 1 tahun bisa menghasilkan 15 ribu lebih unit rumah,” kata kadis.

Hal lain yang dibahas dalam rakor ini diantaranya adalah pengurangan stanting, penggunaan desa untuk tenun ikat, dan penciptaan Bumdes dimana satu desa, wajib memiliki satu Bumdes.

  • Bagikan