Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Pemeran Prosesi Jalan Salib di TTS, Pakai kain Adat Timor

Para Pemeran tablo Prosesi jalan salib tampil dengan pakaian adat Timor.

SO’E, FLOBAMORA-SPOT – Dalam rangka mengenang sengsara dan wafat Tuhan Yesus di kayu salib 2000 tahun lalu, Gereja GMIT Fatusion Siki Desa Lakat, Kecamatan Kuatnana menggelar Jalan Salib bernuansa adat Timor Tengah Selatan pada perayaan kebangkitan Yesus, Minggu (31/3/24).

Prosesi yang menggabungkan elemen keagamaan dan nuansa adat Timor Tengah Selatan (TTS) itu menjadi momen yang sangat mengembirakan bagi jemaat GMIT Fatusion Siki. Pasalnya prosesi jalan salib yang digelar pada perayaan kebangkitan Tuhan Yesus merupakan kegiatan jalan salib perdana yang pernah digelar dengan nuansa berbeda pada umumnya.

Para pemeran fragmen jalan salib tampil mengenakan busana adat tanpa terkecuali, baik dari pemeran prajurit, penyamun, Pontius Pilatus hingga Mahkamah Agama.

 

Disaksikan media ini, prosesi jalan salib yang dimulai pukul 04.00 Wita itu bermula dari pos pertama, dimana para pemeran mendramakan kisah kesengsaraan Tuhan Yesus dari penangkapan hingga berlanjut ke pos kedua dimana Yesus dihadapkan kepada Mahkamah Agama dan Pilatus yang menjadi wali negeri itu. Meski tidak ditemukan kesalahan pada Yesus, namun para ahli taurat dan orang Yahudi saat itu ingin Yesus tetap dijatuhi hukuman mati dengan cara disalib. Selanjutnya di pos ketiga dimana Yesus dibawa ke Golgota oleh 2 penyamun, untuk disalibkan.

 

Usai mengikuti kegiatan tersebut, Simon Selan, warga jemaat GMIT Fatusion Siki, kepada media ini mengapresiasi UPP Pemuda Fatusion Siki.

 

Pasalnya, prosesi ini memberi pesan iman yang kuat bagi mereka.

“Kami sebagai tokoh jemaat menyampaikan apresiasi kepada Pendeta dan pemuda yang sudah bersedia dengan semangat yang tinggi melakonkan satu tablo jalan salib kepada kami sebagai jemaat”, kata dia.

 

“Dan itu sangat penting bagi kami karena merupakan satu pesan iman kepada kami. Harapan kami kedepan kiranya hal ini dapat dilakukan secara terus-menerus sebagai satu pembangkit semangat berjemaat di tempat ini,” ungkapnya.

 

Sementara, Pendeta Isai Laumal, M.Th, dalam kesempatan tersebut berharap, jamaat dapat menjadikan momentum paskah sebagai momen perubahan.

 

“Harapannya kedepan setiap momentum paskah harus itu harus menjadi momen perubahan kita ada dalam peristiwa romantis mengenang sukacita dalam Jumat agung, kemudian peristiwa paskah. Namun situasi itu harus terbawa dalam setiap praksis hidup, perubahan-perubahan hidup harus kita lewati. Paskah harus menyatukan kita mempersekutukan kita tidak saja sebagai orang percaya tetapi sebagai saudara bersaudara di dalam Tuhan”, kelasnya. (Diksen/MN/sintus)

  • Bagikan