Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

JPIT Gelar Festival Kemanusiaan

Selasa, 11 Desember 2018

Laporan: Ellena Christine

Kupang,flobamora-spot.com- Dalam rangka memperingati hari HAM sedunia para perempuan yang tergabung dalam Jaringan Perempuan Indonesia Timur (JPIT) menggelar festival bertema kemanusiaan di aula DPD NTTsenin (10/12).

Martha Bire, Koordinator Komunitas JPIT ketika ditemui disela-sela kegiatan mengatakan, kegiatan ini sudah di laksanakan 2 tahun berturut-turut.

“Kegiatan (festival kemanusiaan) ini sudah kami laksanakan tahun lalu dan tahun ini. Kalau tahun lalu itu kami adakan di flobamoramall”, kata Martha kepada media ini disela-sela kegiatan.

Kegiatan yang diadakan tahun 2017 mengangkat isu perampasan hak tanah dan perdagangan orang di NTT juga isu-isu lainnya terkait pelanggaran HAM di NTT. Pada tahun 2018 ini merupakan puncak kegiatan dan kampanye-kampanye yang sudah di laksanakan sebelumnya mulai dari tanggal 25 November sebagai hari anti kekerasan terhadap perempuan kemudia ditanggal 1 Desember kampanye di car free day terkait isu perempuan dan anak termasuk HIV dan AIDS dan pada tanggal 6 diadakan diskusi tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak di gereja GMIT Harapan yang melibatkan anggota dalam gereja juga dari fakultas theology dan anggota JPIT.

Ketika ditanyai instansi yang turut mendukung Program – program yang dijalankan JPIT, Martha mengatakan, “sejauh ini belum ada instansi pemerintah yang ikut berpartisipasi. Kegiatan ini juga bergerak lebih kepada masyarakat sipil, mahasiswa, ibu rumah tangga juga remaja yang rentan kekerasan dan perkawinan usia anak”.

Martha menjelaskan,  pada tahun 2018 ini dari bulan Januari sampai November sudah 95 jenazah yang diterima, 5 diantaranya jenazah guru migran asal NTT yang bekerja di luar negeri maupun dalam negeri.

“Itu hanya melalui jalur udara sedangkan melalui jalur lainnya belum diketahui. Ada juga beberapa kasus perampasan hak tanah yang terjadi di beberapa daerah di NTT yakni di Sumba Timur dan Sumba Barat Sampai saat ini”, ujar Martha.

Kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan masih sangat tinggi di NTT untuk tahun 2018 ini.

Komunitas Jaringan Perempuan Indonesia Timur merupakan sebuah lembaga yang berdiri sejak 19 Agustus 2009 oleh 40 orang perempuan asal Indonesia Timur yang datang dari berbagai macam latar belakang yang berbeda tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan ruang belajar bagi laki-laki dan perempuan tentang kebenaran, keadilan dan kesetaraan.

JPIT melakukan penelitian di 3 isu besar yakni isu terhadap perempuan, anak dan budaya. Juga penelitian dan publikasi tentang perempuan dan tragedi 1965 di NTT, yang kedua tentang komunis NTT dan saat ini JPIT sedang menyelesaikan sebuah buku tentang perempuan, konflik dan agama yang terjadi di Poso, Ambon dan Atambua.

Buku ini menceritakan tentang bagaimana perempuan terlibat dalam konflik dan bagaimana mereka mengambil peran dalam hal tersebut.

“Saya mengharapkan agar ke depannya pemerintah lebih baik lagi dalam memenuhi janjinya terhadap perempuan dan anak dimana perempuan diberikan ruang tersendiri untuk bersekolah dan memperoleh hak atau setara dengan laki-laki dan perempuan juga diberikan peran dalam rumah karena sampai saat ini budaya patriakhi yang mengatakan kedudukan seorang perempuan hanya ada di dapur, sumur dan kasur masih diberlakukan. Pemerintah dan komunitas-komunitas lainnya harus mendukung para perempuan agar lebih bergerak bebas untuk belajar dan berkarya sehingga para perempuan bisa berdiri diatas kakinya sendiri.

 

  • Bagikan